Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah belum mampu memperkirakan dampak dari pertemuan antara Presiden Amerika Serikat
Donald Trump dan Presiden Korea Utara
Kim Jong Un yang dijadwalkan esok hari di Singapura terhadap ekonomi Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut hasil dari pertemuan pimpinan kedua negara tersebut belum dapat ditebak. Sejauh ini, agenda pertemuan keduanya pun tak terkait dengan ekonomi, tetapi terkait dengan kestabilan politik dunia.
Kim dan Trump rencananya akan membahas perdamaian yang awet di Semenanjung Korea dan ada kemungkinan membahas soal denuklirisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti mungkin lebih baik sepakatnya apa, karena ini kan lebih ke masalah politik antar kedua pemimpin negara tersebut," jelas Darmin, Senin (11/6).
Kalau pun ada sentimen ekonomi yang timbul, itu pun dianggap sebagai dampak tidak langsung. Adapun sejauh ini, sentimen geopolitik antara AS dan Korea Utara telah melemahkan kurs AS dan mengerek harga minyak sepanjang tahun ini.
"Tentu kalau ada sentimen, itu sentimen yang tidak langsung," ujar dia.
Di sisi lain, Kepala Riset dan Analis Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah bisa bergerak akibat pertemuan Trump dan Kim esok hari. Menurutnya, bila Trump dan Jong-un berhasil berdamai, rupiah akan melemah.
Pasalnya, konflik antar kedua negara besar itu akan terselesaikan dan membuat dolar AS menguat. Hal ini secara langsung memberi efek negatif pada rupiah. "Karena konflik mereda, permasalahan terselesaikan," ujarnya
Namun, bila tetap tidak ada jalan keluar dari pertemuan keduanya, maka bukan tidak mungkin dolar AS melemah dan menguntungkan posisi rupiah.
Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) per 8 Juni 2018 menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah trhadap dolar berada di angka Rp13.902 per dolar AS. Angka ini melemah dibandingkan sehari sebelumnya yakni Rp13.868 per dolar AS.
(agi)