Sentimen Trump-Kim, Gerak Bursa Saham Asia Bervariasi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 12 Jun 2018 11:00 WIB
Bursa saham Asia bergerak variatif pada perdagangan Selasa (12/6), menanggapi sentimen pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham Asia bergerak variatif pada awal sesi perdagangan Selasa (12/6). Hal itu dipicu oleh antisipasi pasar terhadap hasil pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un yang berlangsung hari ini di Pulau Sentosa, Singapura.

Berdasarkan data hingga pukul 10.00 waktu Indonesia, indeks saham kawasan Asia-Pasifik MSCI menguat 0,1 persen setelah bergerak naik turun di zona positif dan negatif.

Di Jepang, indeks saham Nikkei menguat 0,28 persen. Penguatan juga terjadi di pasar saham Hang Seng Hong Kong 0,17 persen. Di Australia, S&P SX 200 Index menguat 0,28 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Namun, Singapura yang menjadi tempat pertemuan pemimpin kedua negara tersebut justru mengalami pelemahan indeks. Straits Times Index STI menyusut 0,08 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan juga melemah tipis 0,12 persen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah 1,85 persen.

Di Amerika Serikat, indeks saham relatif stabil dengan indeks S&P naik tipis sebesar 0,1 persen dan Nasdaq menanjak 0,2 persen.

Sebelum pertemuan digelar, Trump pernah melontarkan keyakinannya bahwa pertemuan tersebut dapat berhasil dengan baik, mengingat kedua negara berusaha menyamakan pandangan terkait upaya untuk mengakhiri program nuklir di Semenanjung Korea.


"Jadi, hari ini, kita memiliki kesempatan untuk menyaksikan pertemuan bersejarah, yang kemungkinan bakal mengakhiri perang di Korea, sebuah langkah untuk denuklirasi, dan bahkan demiliterisasi di Semenanjung Korea," ujar Kepala Ekonom Asia-Pasific ING Robert Carnell.

Kendati demikian, menurut Cornell, dampak dari berakhirya program nuklir dan sanksi terhadap Korea Utara kemungkinannya minim terhadap perdagangan dan pendapatan korporasi di masa mendatang.

Menurut Cornell, ancaman terhadap global yang lebih besar berasal dari sengketa tarif perdagangan internasional, setelah Trump mengecewakan para anggota G7 yang berupaya menunjukkan kerja sama. Hal itu ditandai AS yang telah menarik kembali dukungan terhadap komunike bersama yang dikeluarkan pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 beberapa waktu lalu. Aksi Trump tersebut menuai kritik dari Jerman dan Perancis.

(lav/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER