Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) menilai perbankan nasional masih punya cukup ruang untuk menahan
bunga kredit walaupun nantinya
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga mereka. Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK mengatakan saat ini likuiditas bank masih cukup baik.
Kalaupun nantinya dinaikkan pihaknya berharap langkah tersebut dilakukan secara bertahap. Selain itu, kenaikan juga diharapkan tidak dilakukan ke semua sektor secara merata.
Tapi diprioritaskan untuk sektor tertentu tertentu yang memiliki rasio kredit bermasalah (NPL) kecil, seperti kredit modal kerja (KMK). Tujuannya, supaya industri bisa menyiapkan diri terhadap kenaikan bunga kredit yang akan diberlakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu tergantung bank, tapi biasanya bisa yang bisa disesuaikan dulu kredit modal kerja karena itu jangka pendek beda dengan KPR yang jangkanya panjang," kata Wimboh, Jumat (15/6).
The Fed kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 2 persen pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Rabu (13/6) .
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kenaikan bunga tersebut akan diantisipasi BI. BI akan fokus dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Fokus tersebut akan dilakukan dengan menerapkan kebijakan antisipasi (preemptive) dengan memperhatikan perkembangan ekonomi global dan domestik.
"Preemptive dapat berupa kebijakan suku bunga seperti yang sudah kami sampaikan, diikuti dengan relaksasi kebijakan makroprudensial dalam bentuk penyesuaian LTV," katanya, Jumat (15/6).
Perry mengatakan detail kebijakan yang akan diambil BI akan diumumkan secara detail usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar 27-28 Juni mendatang.
OJK kata Wimbon mempersilahkan BI untuk mengambil kebijakan sesuai dengan perhitungan yang telah mereka buat, termasuk mengerek suku bunga acuan.
"Itu terserah BI. BI punya hitungan yang sangat cermat tentang kapan dan berapa harus dnaikkan," ucapnya.
(agt)