Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia
(BI) Perry Warjiyo mengatakan akan fokus dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi kenaikan
suku bunga acuan yang kembali dilakukan Bank Sentral Amerika,
The Fed Rabu (13/6) kemarin.
Perry mengatakan fokus tersebut akan dilakukan dengan menerapkan kebijakan antisipasi (preemptive) dengan memperhatikan perkembangan ekonomi global dan domestik.
"Preemptive dapat berupa kebijakan suku bunga seperti yang sudah kami sampaikan, diikuti dengan relaksasi kebijakan makroprudensial dalam bentuk penyesuaian LTV," katanya, Jumat (15/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry mengatakan detail kebijakan yang akan diambil BI akan diumumkan secara detail usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar 27-28 Juni mendatang.
The Fed kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 2 persen pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Rabu (13/6), waktu AS.
Dengan keputusan tersebut berarti sepanjang tahun ini, The Fed telah menaikkan suku bunganya sebanyak dua kali.
Dalam konferensi pers usai rapat FOMC, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan kenaikan suku bunga acuan mengindikasikan perekonomian AS yang semakin baik. Tingkat pengangguran tercatat hanya 3,8 persen, terendah sejak 2000.
Sehari setelah kebijakan tersebut, Bank Sentral Eropa (ECB) juga mensinyalkan akan memperketat kebijakan moneter mereka.
Mereka memberi sinyal, September 2018 nanti akan mulai mengurangi kebijakan pembelian obligasi. Perry mengatakan BI akan selalu mencermati kebijakan tersebut agar dampak yang bisa ditimbulkan dari kebijakan tersebut bisa diminimalisir.
"Kami cermati semua perkembangan dan perkembangan itu tadi baru," katanya.
Walaupun demikian Perry mengatakan saat ini BI melihat bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi baik. Cerminan tersebut bisa dilihat dari laju inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan yang masih terkendali.
Cerminan tersebut juga bisa dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang masih stabil di atas 5 persen.
(agt/bir)