Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah ditutup
menguat 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.086 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Jumat (22/6). Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar/Jisdor) berada di posisi Rp14.102 per dolar AS.
Penguatan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di kawasan Asia. Dolar Singapura berhasil menguat 0,18 persen, rupee India 0,3 persen, peso Filipina 0,35 persen, ringgit Malaysia 0,4 persen, dan won Korea Selatan 0,44 persen.
Begitu pula dengan mayoritas mata uang negara maju, dolar Kanada menguat 0,26 persen, franc Swiss 0,28 persen, euro Eropa 0,5 persen, pounsterling Inggris 0,54 persen, dolar Australia 0,78 persen, dan rubel Rusia 0,97 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya yen Jepang, baht Thailand, dan renmimbi China yang melemah, masing-masing 0,13 persen, 0,12 persen, dan 0,02 persen.
Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka mengatakan penguatan rupiah hari ini didorong oleh beberapa sentimen negatif yang berhasil melemahkan dolar AS.
Pertama, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) menggelar pertemuan pada hari ini di Wina, Austria.
Dalam pertemuan itu, Rusia dan Arab Saudi mengusulkan kenaikan produksi minyak mentah OPEC demi memenuhi kebutuhan pasar dan menjaga harga agar tak terlalu tinggi.
Menurutnya, sinyal kenaikan produksi minyak OPEC sudah mulai menyelimuti pasar, sehingga efeknya memberi tekanan ke dolar AS sejak hari ini. Sebab, kebijakan OPEC mengerek produksi bertepatan dengan rencana China mengenakan tarif impor bea masuk sebesar 25 persen terhadap minyak AS.
"Hal ini berpotensi membuat China mencari sumber minyak baru dan meninggalkan AS. Ini memperbesar potensi China menyerap minyak OPEC. Kekhawatiran produksi minyak AS tidak terserap membuat dolar AS melemah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Kedua, beberapa data ekonomi di Eropa yang positif membuat euro berhasil menguat dan melemahkan dolar AS. Lalu, penguatan euro juga didukung oleh keputusan bank sentral Britania Raya, Bank of England yang kembali menahan tingkat bunga acuan di level 0,5 persen pada bulan ini.
Selain itu, Uni Eropa mulai memberlakukan tarif impor bea masuk sebesar 25 persen terhadap produk-produk AS mulai hari ini. Tarif itu merupakan balasan atas seruan perang dagang yang digagas Presiden AS Donald Trump terhadap produk baja dan aluminium dari Eropa sejak awal bulan ini.
Tak hanya dari eksternal, ia melihat rupiah berhasil menguat hari ini karena ada sentimen internal yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Ia bilang pemerintah akan mulai membenahi neraca perdagangan yang dalam beberapa bulan terakhir mengalami defisit karena impor yang lebih tinggi ketimbang ekspor.
Untuk pekan depan, ia meyakini rupiah akan kembali menguat hingga kembali ke Rp13.900 per dolar AS karena ada rilis neraca perdagangan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 28 Juni 2018.
(bir)