Jakarta, CNN Indonesia -- Pedagang ayam di Jawa Barat gerah dengan
kenaikan harga daging ayam yang terjadi belakangan ini. Kegerahan memuncak karena sampai saat ini tidak ada satu upaya pun yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi masalah tersebut.
Ketua Perhimpunan Bandar dan Pedagang Ayam Jawa Barat Yoyo Sutarya mengatakan akan menemui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kota Bandung dan Jawa Barat untuk mengatasi masalah tersebut.
Pihaknya akan segera mengajukan permohonan untuk beraudiensi dengan instansi tersebut agar masalah kenaikan harga ayam bisa cepat diatasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau permohonan tersebut dalam waktu seminggu tidak ditanggapi, kami akan turun ke jalan dan mogok berjualan," katanya, Jumat (13/7).
Harga daging ayam di Bandung dan wilayah Jawa Barat terus merangkak naik. Jika pada kondisi normal daging ayam dijual seharga Rp32 ribu per kilogram (kg), saat ini harganya naik sampai Rp44 ribu per kg.
Untuk daging ayam
fillet, jika biasanya per kilogram berharga Rp45 ribu per kg, saat ini naik menjadi Rp60 ribu sampai Rp65 ribu.
Kenaikan harga tersebut dipicu kelangkaan pasokan ayam. Yoyo mengatakan kenaikan harga dan kelangkaan pasokan ayam tersebut telah membuat pedagang ayam yang bernaung di bawah asosiasinya resah.
Pasalnya, kondisi tersebut telah membuat 40 persen dari 5.000 pedagang ayam di Bandung Raya tidak bisa berjualan.
"Mereka sudah berhenti berjualan karena tingginya harga ayam," katanya.
Biaya Produksi
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Dewi Sartika mengatakan melambungnya harga daging ayam di Bandung dan sekitarnya belakangan ini disebabkan kenaikan biaya produksi peternak.
Kenaikan tersebut dipicu empat faktor. Pertama, kenaikan harga anak ayam
(Day Old Chick)."Jadi, memang dari masukannya sudah mahal," katanya.
Kedua, penguatan nilai tukar dollar AS. Kondisi tersebut turut mendongkrak harga pakan sehingga berdampak pada harga ayam yang dijual.
Ketiga, larangan penggunaan
antibiotik growth promoter (AGP) atau antibiotik imbuhan pakan. Larangan tersebut membuat peternak ayam harus mengeluarkan tambahan biaya untuk ternak mereka.
Sementara itu faktor keempat, cuaca di Bandung yang belakangan ini dingin. Cuaca tersebut membuat peternak harus mengeluarkan biaya tambahan membuat alat pemanas kandang.
"Dengan masalah itu, harga di peternak sudah Rp 21 ribu, masuk broker 28-29 ribu sehingga di pasar harganya bisa Rp 40 ribu, bahkan ada yang Rp 42 ribu.
Dewi mengatakan pihaknya sedang berupaya mengembalikan kestabilan harga daging ayam. Salah satu cara yang sedang ditempuh, bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk mencari solusi terkait AGP.
"Soal harga naik ini tidak di hulu, tapi di hilir. Kemarin menteri perdagangan mengumpulkan pelaku industri unggas. Harapannya ini jadi perhatian untuk semua kalangan," tuturnya.
(hyg/agt)