Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku usaha mengaku tak kaget mendengar
Bank Indonesia (BI) kembali mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Mereka mengaku telah mengantisipasi dampak yang akan timbul dari kenaikan bunga acuan.
"Kami sudah melihat kenaikan (suku bunga acuan) ini sehingga kami sudah memasukkan pada perencanaan kami," ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Perkasa Roeslani dalam konferensi pers di Hotel Westin Jakarta, Rabu (15/8).
Rosan mengungkapkan tren kenaikan suku bunga acuan terjadi seiring pengetatan moneter di negara maju. Diperkirakan, bank sentral AS The Federal Reserve masih mengerek suku bunga acuannya sebanyak dua kali tahun ini dan tiga kali tahun depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena telah diantisipasi, pelaku usaha tidak panik melihat kenaikan BI 7 Days Reverse Repo yang telah terjadi beberapa kali tahun ini. Konsekuensinya, biaya dana (
cost of fund) usaha akan naik.
Pengusaha, lanjut Rosan, memiliki opsi untuk menghadapi kenaikan biaya dana antara lain, meningkatkan efisiensi, menurunkan margin, membebankan pada konsumen, atau kombinasi ketiganya.
Secara terpisah, CEO Lippo Group James Riady memandang positif keputusan BI mengingat situasi dunia juga mengharuskan Indonesia mengikutinya.
"Kita (Indonesia) memang harus sangat responsif atau secara cepat (merespon) pergerakan dunia," imbuh James.
(lav/bir)