Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku pasar sempat 'gigit jari' akibat level Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) yang anjlok sepanjang pekan lalu. Namun, investor tentu tak boleh lengah dengan kondisi tersebut karena indeks memiliki peluang untuk bangkit (
rebound) pasca terperosok cukup dalam.
Analis saham sepakat kebangkitan IHSG umumnya akan diikuti dengan kenaikan
saham berkapitalisasi besar (
big capitalization). Begitu juga sebaliknya, bila IHSG terjerembab, maka saham big cap ikut melemah.
Ketika saham
big cap melemah, pelaku pasar bisa memanfaatkan kondisi tersebut untuk memasang posisi beli karena harga sahamnya yang sudah cukup murah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cari saham yang
big cap, kan ikut turun dengan IHSG jadi sudah murah sekarang. Kalau IHSG naik, mereka (saham
big cap) juga ikut naik pasti," papar Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe kepada
CNNIndonesia.com, Senin (20/8).
Beberapa saham yang dimaksud Kiswoyo antara lain PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Berdasarkan catatan
CNNIndonesia.com, mayoritas saham yang direkomendasikan tersebut memang terkoreksi bila dilihat sepanjang pekan lalu. Telkom misalnya yang turun 0,59 persen ke level Rp3.350 per saham. Namun, khusus akhir pekan lalu turunnya cukup dalam mencapai 2,33 persen.
Kemudian, saham Unilever Indonesia sepanjang pekan lalu melemah 0,17 persen ke level Rp42.525 per saham. Beruntung, pada akhir pekan lalu saham Unilever Indonesia ditutup menguat 4,23 persen.
Berbeda dari dua saham sebelumnya, Astra International justru stagnan di level Rp7.100 per saham. Namun, pada pertengahan pekan lalu harga saham Astra International memang sempat jatuh ke level Rp6.825 per saham.
"Murahnya saham-saham ini juga karena pelaku pasar asing kan sudah banyak keluar," terang Kiswoyo.
Dalam jangka pendek, Kiswoyo optimis ketiga saham itu akan mendatangkan cuan bagi pelaku pasar.
Menurutnya, harga saham Telkom berpeluang menyentuh angka Rp5.000 per saham, Unilever Indonesia mengarah ke level Rp52 ribu per saham, dan Astra International ke level Rp10 ribu per saham.
Namun begitu, potensi kenaikan ketiga saham tersebut secara umum hanya akan didorong oleh peluang bangkitnya IHSG pekan ini.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengklaim tak hanya saham big cap yang patut dicermati, tapi juga emiten yang masuk dalam indeks LQ-45.
Nafan menjabarkan tiga saham yang memiliki prospek cerah pada pekan ini di antaranya, PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Sama seperti laju indeks dalam negeri, ketiga saham itu juga anjlok pada pekan lalu. Rinciannya, saham Elnusa turun 3,35 persen, Vale Indonesia turun 7,1 persen, dan Wijaya Karya turun 4,04 persen.
Tak hanya sepanjang pekan, khusus pada penutupan akhir pekan lalu ketiga saham ini juga kompak melemah. Tercatat, saham Elnusa terkoreksi 2,26 persen ke level Rp346 per saham, Vale Indonesia terkoreksi 4,77 persen ke level Rp3.790 per saham, dan Wijaya Karya terkoreksi 3,14 persen ke level Rp1.540 per saham.
Nafan mengatakan ketiga saham ini memiliki valuasi yang murah terlihat dari price earning ratio (PER) masing-masing saham.
Merujuk data RTI Infokom, PER untuk Elnusa pada akhir pekan lalu sebesar 9,89 kali, Vale Indonesia sebesar 44,59 kali, dan Wijaya Karya sebesar 13,39 kali.
"Selain itu harga komoditas juga sudah oversold jadi berpotensi naik dan saham konstruksi masih terkait dengan proyek strategis nasional," jelas Nafan.
Oleh karena itu, Nafan menargetkan harga saham Elnusa dalam satu pekan ini bisa menyentuh level Rp370 per saham, Vale Indonesia ke level Rp3.910 per saham, dan Wijaya Karya ke level Rp1.605 per saham.
(lav)