Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom dan pebisnis khawatir dengan
perang dagang yang dikobarkan
Amerika Serikat (AS) terhadap
China.Dari hasil survei enam bulanan yang dilakukan oleh Asosiasi Nasional untuk Bisnis dan Ekonomi (NABE) AS terhadap 251 ekonom dan pebisnis negara tersebut menunjukkan bahwa 90 persen responden mengatakan bahwa perang dagang bisa merugikan AS.
"Responden menyatakan bahwa perang dagang bisa memberikan dampak tak menguntungkan bagi AS," kata
Wakil Presiden NABE Kevin Swift seperti dikutip dari AFP, Senin (20/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerugian kata Kevin bisa makin bertambah parah jika AS jadi menarik diri dari keikutsertaannya di Pakta Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Kecamuk perang dagang telah berkobar antara China dengan AS sejak beberapa waktu lalu. Kedua negara saling berbalas tarif atas produk impor.
Perang dagang tersebut sudah menimbulkan dampak bagi industri AS yang berada di China.
Masalah salah satunya dialami oleh Capstone International HK Ltd, produsen barang elektronik di China bagian dari Capstone Companies yang berbasis di Florida AS.
Presiden Capstone International HK Ltd Larry Sloven mengatakan perang dagang telah membuat produksi di China semakin mahal. Kejayaan ekspor peralatan listrik hingga lampe LED ke AS yang pernah diraih perusahaannya sejak dua hingga tiga dekade yang lalu telah berakhir karena perang dagang.
Atas kondisi itu, Sloven mengatakan pabriknya saat ini berpikir untuk memangkas produksi di China.
Pabriknya juga berencana untuk menggeser investasi ke pusat manufaktur di kawasan ASEAN; Thailand, Vietnam, Malaysia dan Kamboja yang sedang berkembang pesat.
Namun dampak tersebut dibantah pejabat Gedung Putih. Mereka mengatakan ekonomi Amerika lebih dari cukup kuat untuk bertahan dari konflik.
Mereka juga percaya perang dagang pada akhirnya akan memebuat perdagangan AS dengan negara lain lebih adil sehingga defisit perdagangan AS bisa diperbaiki.
(afp)