Moody's Soroti Risiko Beban Bunga Utang RI

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 24 Agu 2018 15:06 WIB
Moody's menyoroti penerimaan Indonesia yang lamban. Muncul kekhawatiran rasio pembayaran beban bunga utang RI diperparah penerimaan negara yang rendah.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Moody's Investor Service menyoroti penerimaan Indonesia yang masih lamban. Muncul kekhawatiran rasio pembayaran beban bunga utang RI akan diperparah penerimaan negara yang rendah.

Moody's memperkirakan rasio bunga utang terhadap penerimaan RI berada di angka 13,4 persen pada tahun ini. Angka itu lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang memiliki peringkat kredit serupa dengan Indonesia, yaitu 8,2 persen.

Penerimaan, khususnya pajak, menurut keterangan resmi itu, masih belum moncer karena rendahnya kepatuhan dan penghindaran pajak. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp760,57 triliun per Agustus atau sekitar 53,41 persen dari target tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Melambatnya penerimaan negara dinilai sebagai momok dalam membayar bunga utang yang jatuh tempo tahun ini. Apalagi, kebijakan suku bunga acuan dan depresiasi rupiah berpotensi membuat biaya utang RI semakin membengkak.

"Meski tahun depan pemerintah menargetkan pertumbuhan penerimaan menjadi 13,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019, namun penerimaan Indonesia masih menjadi yang terendah di antara negara-negara yang memiliki rating serupa," tulis Moody's, Jumat (24/8).

Tak cuma soal bunga utang, lembaga pemeringkat internasional tersebut juga menyoroti rentannya utang pemerintah terhadap sentimen eksternal. Hal ini lantaran sebanyak 41 persen outstanding utang pemerintah masih berdenominasi valuta asing. Sehingga, risiko nilai tukar masih membayangi pelunasan utang pemerintah ke depan.


Risiko ini semakin diperparah setelah nilai tukar rupiah harus terkapar melawan dolar AS sejak awal tahun. "Dan depresiasi nilai tukar ini memiliki dampak negatif terhadap pembiayaan pemerintah," imbuh laporan tersebut.

Menurut Moody's, pemerintah RI perlu menjalankan kebijakan fiskal yang konsisten dan disiplin. Dengan demikian, investor bisa bernafas lega menanamkan modalnya di Tanah Air.

Apalagi, sebetulnya, rasio utang terhadap PDB Indonesia sebesar 29,3 persen atau masih lebih aman dibandingkan negara lain berperingkat sama dengan Indonesia, yakni 48,5 persen.


Selain kebijakan fiskal yang konsisten dan disiplin, investor juga membutuhkan kebijakan moneter yang konsisten. Utamanya untuk menjaga depresiasi dan mencegah arus modal keluar dari Indonesia.

"Kepercayaan pasar sebagai imbas dari kebijakan fiskal yang disiplin sangat krusial bagi profil kredit Indonesia," jelas laporan Moody's. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER