Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan kembali menerbitkan surat
utang dalam bentuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (21/8).
Penerbitan melalui lelang ini terdiri dari dua seri Surat Perbendahaan Negara Syariah (SPSN), yakni SPNS08022019 dan SPNS08052019 dan tiga seri Project Based Sukuk (PBS), yaitu PBS016, PBS002, PBS017, dan PBS012.
Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, pemerintah menarik pembiayaan sebesar Rp6,26 triliun dari penawaran yang masuk sebesar Rp14,08 triliun. Rata-rata imbal hasil yang dimenangkan tercatat berada dalam rentang 6,3 persen hingga 8,61 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SBSN yang memiliki penawaran tertinggi dicatat oleh SPNS08022019, yakni Rp2,88 triliun. Kesempatan ini diiringi dengan keputusan pemerintah untuk menghimpun pembiayaan paling banyak dari sini, yakni Rp3 triliun.
Ini merupakan penerbitan SBN kedua dalam pekan ini setelah pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dengan mekanisme Private Placement sejumlah Rp750 miliar dengan imbal hasil 8,35 persen. Private placement adalah penjualan obligasi dengan menawarkan langsung kepada sekelompok kecil investor.
Sudahi Terbitkan SBN ValasMelihat hasil lelang tersebut, terlihat ada tren kenaikan imbal hasil yang dialami SBN. Sebagai contoh, angka rata-rata imbal hasil SBSN hasil lelang hari ini sebesar 6,3 persen hingga 8,61 persen tercatat lebih tinggi ketimbang lelang SBSN pada 9 Januari 2018 dengan rata-rata imbal hasil yang dimenangkan 4,42 persen hingga 7,28 persen.
Melihat naiknya yield disertai dengan depresiasi rupiah terhadap dolar AS, Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman menuturkan pemerintah akan menyudahi penerbitan SBN dalam denominasi valuta asing hingga akhir tahun ini. Pemerintah akan fokus dalam pembiayaan denominasi rupiah.
Sebelumnya, pemerintah telah menerbitkan SBN valas dalam bentuk SUN dalam dua mata uang (dual currency), yakni dolar AS sebesar US$1 miliar dan Euro sebesar 1 miliar Euro. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah menghimpun US$3 miliar dari penerbitan sukuk global green bond.
Terakhir, pemerintah menerbitkan Samurai Bonds senilai 100 miliar yen pada Mei kemarin. "Jadi untuk kedepannya kami fokus ke pembiayaan dalam negeri," ujar Luky, Selasa (21/8).
(bir)