Darmin Tuding Pelemahan Rupiah Karena Komentar Pejabat Dunia

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 27 Agu 2018 12:53 WIB
Menko Darmin Nasution menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dikarenakan sentimen dari komentar-komentar para pejabat negara.
Menko Darmin Nasution menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi dikarenakan sentimen dari komentar-komentar para pejabat negara. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terus menerus terjadi belakangan dikarenakan sentimen dari komentar-komentar para pejabat negara maju.

Ia mencontohkan, sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Menurut dia, acap kali kedua pejabat negara berbalas komentar terkait tarif bea masuk impor, maka pasar langsung merespons khawatir.

Kemudian, ketika respons tersebut membuat dolar AS menguat, maka mata uang negara lainnya melemah. Tak terkecuali rupiah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Biasa lah, ramai komentar bakal begini, bakal begitu. Gonjang-ganjing lagi sedikit. Tapi, ya sudah tidak perlu (khawatir). Tidak bagus memang, tapi ya itu dia situasi yang terjadi," ujarnya akhir pekan lalu.

Yang pasti, Darmin menuturkan depresiasi rupiah tidak mengkhawatirkan. Pelemahan rupiah juga belum menjadi indikator Indonesia terkena imbas dinamika ekonomi dunia.

"Ini tidak semakin berat, karena orang juga sudah semakin hafal bahwa tidak banyak banget dampaknya ke negara lain," terang dia.

Lebih lanjut ia memastikan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tetap akan menjalankan tugasnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.


Saat ini, ia mengklaim pemerintah tengah mengatur strategi agar defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) bisa dikendalikan.

Sementara BI terus melakukan upaya-upaya yang diperlukan dari ranah moneter. "Ya, BI terus intervensi macam-macam, bisa intervensi langsung. Bisa ini, bisa itu," tandasnya.

Dalam setahun terakhir, rupiah terus melemah hingga 7 persen sepanjang tahun dari semula di kisaran Rp13.400 per dolar AS, kini sekitar Rp14.600 per dolar AS. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER