Rupiah Terdorong Aksi Tunggu Pasar Terhadap Kebijakan BI

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 27 Agu 2018 17:03 WIB
Rupiah pada sesi penutupan perdagangan Senin (27/8) mengalami penguatan ke level Rp14.620 per dolar AS tertopang oleh aksi tunggu pasar terhadap kebijakan BI.
Ilustrasi rupiah. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp14.620 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Senin (27/8).

Posisi ini menguat 28 poin atau 0,19 persen dari penutupan akhir pekan lalu. Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.610 per dolar AS atau juga menguat dari posisi kemarin Rp14.655 per dolar AS.

Sejalan dengan penguatan rupiah, sejumlah mata uang negara di kawasan Asia turut menguat. Misalnya, yen Jepang menguat 0,04 persen, peso Filipina 0,08 persen, baht Thailand 0,14 persen, ringgit Malaysia 0,23 persen, dan won Korea Selatan 0,45 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan mata uang Asia yang sebagian masih tertahan di zona hijau, mata uang utama negara maju justru kompak anjlok dari dolar AS.

Rubel Rusia melemah 0,44 persen, dolar Australia minus 0,22 persen, euro Eropa minus 0,09 persen poundsterling Inggris minus 0,08 persen, dolar Kanada minus 0,05 persen.



Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi melihat rupiah memang berhasil menguat pada akhir perdagangan hari ini. Namun sejatinya, penguatan itu tidak sebesar pada saat pembukaan pagi tadi yang mencapai 0,34 persen.

Meski begitu, rupiah boleh dibilang masih cukup beruntung. Pasalnya, mata uang lain justru langsung terhempas ke zona merah.

Menurut Dini, penguatan terjadi karena pasar mulai mencoba menstabilkan kurs dolar AS yang sempat jatuh pada akhir pekan lalu.

"Ini karena aksi short covering investor terhadap dolar AS. Jadi wajar hari ini dolar AS mencoba untuk stabil lagi," ujar Dini kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/8).

Selain itu, Dini mengatakan rupiah juga tertopang oleh aksi tunggu pasar terhadap reaksi BI atas kebijakan The Fed ke depan.



Sementara itudari sisi dolar, pelemahan dipengaruhi oleh sentimen pernyataan pimpinan bank sentral AS, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.

Pasalnya, pernyataan Powell terkait suku bunga dibaca pasar sedikit lebih tidak agresif (dovish) dari biasanya .

"Powell bilang kenaikan suku bunga akan dilakukan secara 'bertahap', tapi ini tidak secara eksplisit akan mengurangi kenaikan bunga. Tapi, pasar meresponnya bahwa kemungkinan kenaikan bunga di 2019 nanti tidak seagresif 2018," katanya.

Meski, rencana kenaikan bunga acuan pada September dan Desember ini diperkirakan tetap akan berlangsung. Namun, kesan dovish ini setidaknya mampu membuat tren pergerakan dolar AS berbalik.

Untuk hari esok, Dini melihat ruang penguatan rupiah masih terbuka, meski tidak signifikan. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp14.580-14.640 per dolar AS pada esok hari.
(agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER