Selain itu, Dini mengatakan rupiah juga tertopang oleh aksi tunggu pasar terhadap reaksi BI atas kebijakan The Fed ke depan.
Sementara itudari sisi dolar, pelemahan dipengaruhi oleh sentimen pernyataan pimpinan bank sentral AS, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.
Pasalnya, pernyataan Powell terkait suku bunga dibaca pasar sedikit lebih tidak agresif
(dovish) dari biasanya .
"Powell bilang kenaikan suku bunga akan dilakukan secara 'bertahap', tapi ini tidak secara eksplisit akan mengurangi kenaikan bunga. Tapi, pasar meresponnya bahwa kemungkinan kenaikan bunga di 2019 nanti tidak seagresif 2018," katanya.
Meski, rencana kenaikan bunga acuan pada September dan Desember ini diperkirakan tetap akan berlangsung. Namun, kesan
dovish ini setidaknya mampu membuat tren pergerakan dolar AS berbalik.
Untuk hari esok, Dini melihat ruang penguatan rupiah masih terbuka, meski tidak signifikan. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp14.580-14.640 per dolar AS pada esok hari.