Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah pada pada sore ini, Kamis (30/8) diperdagangkan di level Rp14.734 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini melemah 79 poin dari penutupan kemarin, Rabu (29/8) di Rp14.655 per dolar AS.
Rupiah pada perdagangan hari ini sempat menyentuh titik terendahnya di level Rp14.744 per dolar AS. Posisi ini melampaui posisi terendah rupiah pada September 2015 yang sempat menyentuh 14.730 per dolar AS. Adapun pada 17.30 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp14.734 per dolar AS.
Sementara berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.655 per dolar AS atau melemah dari posisi kemarin Rp14.643 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejalan dengan pelemahan rupiah, rupee India juga melemah di angka yang sama 0,24 persen dan menempatkan keduanya sebagai mata uang dengan depresiasi tertinggi hari ini.
Diikuti, renmimbi China minus 0,14 persen, peso Filipina minus 0,11 persen, ringgit Malaysia minus 0,09 persen, baht Thailand minus 0,06 persen, dolar Singapura minus 0,05 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
Namun, yen Jepang dan won Korea Selatan masih berhasil bertahan di zona hijau, dengan menguat masing-masing 012 persen dan 0,14 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju yang kompak melemah dari dolar AS. Dolar Australia melemah 0,2 persen, dolar Kanada minus 0,15 persen, rubel Rusia minus 0,12 persen, euro Eropa minus 0,11 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,07 persen. Hanya franc Swiss yang menguat 0,04 persen dari dolar AS.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pelemahan rupiah kembali berlanjut karena sentimen rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang meningkat ke 4,2 persen masih terasa dan membuat dolar AS kian perkasa.
Tak hanya membuat dolar AS menguat, pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam yang lebih cepat akan semakin menambah kepercayaan diri bank sentral AS, The Federal Reserve untuk mengerek bunga acuannya pada September dan Desember mendatang.
"Hal ini akan membuat potensi rupiah bakal terus tertekan selama tahun ini. Ini bisa jadi kondisi terburuknya. Meski, ada peluang katalis pengerak rupiah pada pekan depan melalui rilis inflasi Indonesia," ucapnya kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (30/8).
(agi)