Imbal Hasil Meningkat, Pemerintah 'Pede' SBN Diburu Investor

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 10 Sep 2018 20:35 WIB
Kementerian Keuangan 'percaya diri' investor bakal memburu Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan meningkatnya imbal hasil (yield).
Kementerian Keuangan 'percaya diri' investor bakal memburu Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan meningkatnya imbal hasil (yield). (CNNIndonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan 'percaya diri' investor bakal memburu Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan meningkatnya imbal hasil (yield). Diharapkan antusiame itu disambut hangat oleh investor dalam negeri.

Menurut data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), saat ini Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun berada di angka 8,7 persen. Padahal, Juni kemarin, imbal hasil SUN masih tercatat 7,5 persen.

Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Scenaider Siahaan mengatakan kenaikan imbal hasil ini membuat ramai pasar SBN. Jika jumlah investor meningkat, seharusnya imbal hasil bisa semakin menurun kembali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kalau investor masuk, kan ini (yield) SBN akan menurun lagi. Di level saat ini, tentu suatu saat akan turun lagi," jelasnya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (10/9).

Lebih lanjut ia mengatakan, situasi imbal hasil ini cukup baik demi menarik investor ritel. Sehingga, bisa berdampak baik kepada penerbitan Savings Bond Ritel (SBR) seri 005 yang ditawarkan Kemenkeu dan juga Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 015 yang akan ditawarkan sesegera mungkin.

Apalagi, minat masyarakat di dalam penerbitan obligasi ritel kemarin dianggap cukup mumpuni. Berkaca pada penerbitan SBR 003 Mei lalu, pemerintah berhasil meraup Rp1,9 triliun atau hampir dua kali lipat dari pagu indikatifnya, yakni Rp1 triliun.


Meski demikian, ia mengakui imbal hasil yang kecil tetap dibutuhkan pemerintah untuk mengurangi risiko pembiayaan. Ia berharap, upaya pemerintah dalam mengurangi impor dan implementasi B-20 bisa berjalan baik dan bisa memperbaiki defisit transaksi berjalan dalam waktu dekat.

Jika defisit transaksi berjalan membaik, maka depresiasi nilai tukar bisa ditahan dan ini akan mempengaruhi risiko yang tercermin di dalam imbal hasilnya SBN.

"Kalau semuanya bagus, current account deficit (CAD) turun, kurs akan berubah dan yield akan turun. Saya yakin semuanya berubah," imbuh Scenaider.


Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan tren pelemahan rupiah mendorong kenaikan imbal hasil obligasi negara. Semakin tinggi imbal hasil, artinya risiko investasi di Indonesia semakin besar.

Alih-alih ramai, Bhima malah memprediksi pelaku pasar masih akan melarikan modalnya ke aset yang lebih berkualitas. Amerika Serikat tentu akan menjadi pilihan investor karena US Dolar Index sudah naik 3,5 persen sejak awal tahun ditambah kenaikan Fed Rate yang berimbas pada imbal hasil obligasi pemerintah AS.

"Dan tentu cadangan devisa juga berpengaruh terhadap perilaku pasar. Cadangan devisa per Agustus 2018 anjlok ke US$117,9 miliar, terendah sejak Januari 2017," terangnya.


Pemerintah membutuhkan pembiayaan sebanyak Rp783,2 triliun pada tahun ini yang terdiri dari Rp55,8 triliun pinjaman, dan Rp727,4 triliun SBN. Namun, Angka SBN ini kemudian ditambah lagi dengan yang jatuh tempo sebesar Rp119 triliun. Sehingga, angka total SBN yang diterbitkan pemerintah tahun ini rencananya sebesar Rp846,4 triliun.

Hingga Juli kemarin, pemerintah sudah memiliki SBN dengan outstanding sebesar Rp3.467,52 triliun atau tumbuh 16,18 persen dibanding tahun sebelumnya. Angka ini mengambil 81,35 persen dari total utang pemerintah sebesar Rp4.253,02 triliun. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER