Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) melalui Pusat Survei Geologi menyebut lima wilayah di kawasan timur Indonesia memiliki potensi ditemukannya lapangan minyak dan gas
(migas) raksasa (
giant field).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan kelima lapangan tersebut adalah
Blok Selaru (Cekungan Aru-Tanimbar), Blok Arafura Selatan (Cekungan Arafura), Blok Boka (Cekungan Akimeugah), Blok Atsy, (Cekungan Sahul) dan Blok Agats Barat (Cekungan Sahul).
Melihat potensi itu, Badan Geologi merekomendasikan pelaku usaha untuk segera mengeksplorasi lapangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rekomendasi tersebut diberikan berdasarkan survei umum geologi minyak dan gas (migas) terhadap 30 cekungan dari tahun 2010-2018. Survei ini meliputi Survei Cekungan (43 lokasi), Shale Gas (6 lokasi), Rembesan mikro (5 lokasi), Seismik 2D (8 lokasi), serta
Passive Seismic Tomography (PST) (empat lokasi).
Dari kegiatan ini dihasilkan sebanyak 36 rekomendasi Wilayah Kerja (WK) Migas yang dikeluarkan dari tahun 2015-2018. Survei tersebut dilakukan oleh Badan Geologi menggunakan data-data meliputi seismik 2D,
Passive Seismic Tomography (PST), rembesan mikro, penelitian
GnG, serta metode lainnya.
H
asil survei menunjukkan, pada Blok Selaru telah diidentifikasi dua petunjuk (lead) pada Mesozoic deltaic play dengan sumberdaya potential P50 untuk skenario gas sebesar 4,8 Trillion Cubic Feet (TCF) dan skenario minyak sebesar 4.060 juta barel minyak (MMBO).
Kemudian, untuk Blok Arafura Selatan, berdasarkan hasil akuisisi seismik 2D yang dilakukan Badan Geologi sepanjang 1.600 km telah diidentifikasi dua
lead pada
Aptian Prograding shoreface play, yang sudah terbukti pada lapangan-lapangan di Papua New Guinea, dan
permian fluvio-deltaic lacustrine pinchout (terbukti di lapangan migas Australia bagian utara).
Total sumber daya potential P50 untuk skenario gas sebesar 7,36 TCF dan skenario minyak sebesar 6144,54 MMBO.
"Untuk Blok Boka dan Blok Atsy kami melaksanakan Survey Passive Seismic Tomography (PST). Telah diidentifikasi empat lead pada Jurassic sand play di Blok Boka, dengan total sumberdaya potential P50 untuk skenario gas sebesar 1,1 TCF dan untuk skenario minyak sebesar 930 MMBO," ujarnya seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (12/9).
Sementara itu, pada Blok Atsy telah diidentifikasi 11 lead dengan
Paleozoic Rift Graben play dengan target
reservoir batu gamping Formasi Modio dan batu pasir Formasi Tuaba. Total sumber daya potential P50 untuk skenario gas sebesar 0,9 TCF dan untuk skenario minyak sebesar 750 MMBO.
Sebelumnya, pada 2015 lalu, Badan Geologi melaksanakan akuisisi seismik 2D dengan target reservoir batu pasir Neoproterozoic-Cambrian yang seumur dengan formasi Bitter Springs yang telah menjadi reservoir produktif pada Cekungan Amadeus di onshore Australia. Kala itu, Badan Geologi mengidentifikasi delapan lead pada neoproterozoic sand play, dengan sumber daya potential P50 untuk skenario gas sebesar 0,7 TCF dan untuk skenario minyak sebesar 575 MMBO.
Beberapa blok lain yang juga memiliki potensi migas (lead dengan skenario P50) diantaranya Wilayah Kerj a(WK) Wamena (263,75 MMBO skenario minyak; 395,625 BSCF skenario gas), Teluk Bone Utara (239,79 MMBO skenario minyak; 1.157,27 BSCF skenario gas), Sahul (150,75 MMBO skenario minyak; 180,59 BSCF skenario gas), Buru (118,54 MMBO skenario minyak; 118,13 BSCF skenario gas), dan Misool (69,94 MMBO skenario minyak; 258,79 BSCF skenario gas).
Potensi pada area-area yang direkomendasikan oleh Badan Geologi perlu dilakukan eksplorasi lanjutan yang lebih detil agar bisa menjadi kunci bagi peningkatan jumlah cadangan migas terbukti Indonesia di masa mendatang.
Dalam keterangan terpisah, Kementerian ESDM menjelaskan bahwa cekungan sedimen merupakan target eksplorasi bagi para pelaku usaha di bidang energi, karena di dalam cekungan sedimen itulah minyak dan gas bumi terbentuk melalui sebuah proses yang saling terkait yang disebut sebagai sistem petroleum.
Indonesia saat ini memiliki 128 cekungan sedimen di mana 74 cekungan sedimen atau 58 persen di antaranya belum dieksplorasi. Cekungan yang belum dieksplorasi tersebut sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia baik di darat (onshore) maupun lapas pantai (offshore).
Sementara, 54 cekungan atau 42 persen sudah dieksplorasi yang terdiri dari 18 cekungan sudah produksi, 12 cekungan sudah dibor dan ditemukan minyak, dan 24 cekungan sudah dibor tetapi tidak ditemukan minyak.
(agt/bir)