Jakarta, CNN Indonesia -- Pemulihan
ekonomi negara-negara yang terdampak
krisis keuangan dunia setelah kebangkrutan Lehman Brothers, bank investasi terbesar keempat di AS, belum juga rampung. Malah, beberapa negara masih terjebak dalam resesi global yang disebut-sebut sebagai guncangan ekonomi terbesar di abad 21.
Mengutip
Reuters, Senin (17/9), resesi global yang melanda negara-negara barat pada 2008 lalu masih meninggalkan luka. Tidak terkecuali, bagi
Inggris, negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia. Sedikitnya, lima persoalan ini masih menjadi masalah bagi Inggris.
Pertama, upah. Tingkat upah hari ini tidak lebih besar dibandingkan 2005 silam atau tiga tahun sebelum dimulainya krisis. Bahkan, kenaikan tingkat upah tak lebih tinggi dibanding kenaikan inflasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, produktivitas. Tingkat produktivitas di Inggris disebut mandek dalam beberapa tahun terakhir. Dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan produktivitas tercatat terlemah sejak awal 1820-an.
Pusat statistik nasional menuturkan produktivitas memiliki peran kunci dalam standar hidup orang Inggris. Bahkan, para ekonom mengaku bingung dengan pertumbuhan produktivitas Inggris yang sangat buruk dibanding negara-negara maju lainnya.
Menurut badan pusat statistik setempat, kurangnya investasi, manajemen yang buruk, dan suku bunga rendah melahirkan banyak perusahaan 'zombie' di Inggris.
Ketiga, pasar perumahan lesu. Aktivitas di pasar perumahan saat ini dinilai jauh di bawah level pada saat krisis keuangan terjadi. Harga rumah yang terlalu tinggi membuat banyak investor angkat kaki dari pasar perumahan Inggris.
Keempat, utang pemerintah, yang membengkak setelah tahun resesi global pada 2008 lalu. Kondisi ini diperparah dengan upaya pemerintah yang lambat dalam memperbaiki defisit neraca.
Sebetulnya, sejak 2010 lalu, Inggris berkomitmen pada kebijakan penghematan demi mengatasi defisit anggarannya. Maklum, defisit anggaran Inggris tercatat tertinggi di dunia.
Kelima, manufaktur. 10 tahun setelah resesi global, manufaktur Inggris terpukul parah, kembali ke era 1980-an. Sektor yang menyumbang perekonomian Inggris hingga 10 persen tersebut mencatat rekor penurunan tertingginya pada 2014.
Hari ini, manufaktur Inggris diperkirakan hanya tumbuh tiga persen atau lebih rendah dari saat sebelum krisis. Beruntung, sektor jasa masih positif dengan peningkatan 14 persen atau di atas pencapaian sebelum krisis menerpa.
(bir)