JEDA

Stafsus Presiden Jokowi Jatuh Cinta pada Ilmu Ekonomi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Minggu, 23 Sep 2018 11:26 WIB
Ahmad Erani Yustika, Stafsus Presiden mengaku jatuh cinta pada ilmu ekonomi kelembagaan. Sebagai bentuk kecintaannya, ia meneruskan ilmu ini ke mahasiswanya.
Ahmad Erani Yustika, Stafsus Presiden mengaku jatuh cinta pada ilmu ekonomi kelembagaan. Sebagai bentuk kecintaannya, ia meneruskan ilmu ini ke mahasiswanya. (CNN Indonesia/Christie Stefanie).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Presiden Joko Widodo bidang Ekonomi, mengaku jatuh cinta pada ilmu ekonomi kelembagaan. Ilmu ini membahas interaksi antara pelaku ekonomi secara lebih mendalam.

Di dalam teori tersebut, ia menyebut manusia tidak hanya melakukan tindak ekonomi secara rasional, namun juga terdapat nilai-nilai emosional. Katanya, ekonomi kelembagaan adalah perpaduan antara ilmu ekonomi dan sosiologi.

Sehingga, paham ekonomi kelembagaan kerap dianggap sebagai kritik terhadap paham ekonomi neo-klasik. "saya punya pandangan bahwa ilmu ekonomi tidak berada di ruang yang steril. Ini dipengaruhi oleh banyak faktor, entah itu politik, sosial budaya, sejarah, ideologi, dan sebagainya. Isu-isu ini dibahas di ekonomi kelembagaan," ujarnya, akhir pekan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih lanjut ia mengatakan, ilmu ekonomi kelembagaan mampu memperlihatkan tindak-tindak perilaku ekonomi yang berlaku di masyarakat. Selain, itu banyak contoh kasus mengenai ekonomi kelembagaan yang bisa dijadikan pembelajaran di Indonesia.

Ilmu ekonomi kelembagaan berkaitan erat dengan biaya transaksi. Contoh, harga daging sapi di Malaysia seharga Rp60 ribu per kilogram (kg), namun di Indonesia bisa mencapai Rp120 ribu per kg.

Menurutnya, biaya produksi daging sapi pasti sama. Hanya saja, ada biaya transaksi seperti distribusi yang menimbulkan celah aktivitas rente (rent seeking).

Mengutip salah satu buku favoritnya, yakni Why Nation Fail karya Daron Acemoglu yang menegaskan bahwa kegagalan suatu negara disebabkan oleh ketidakmampuan institusi negara-negara tersebut dalam menegakkan regulasi.

"Ekonomi kelembagaan ini ada relasinya juga dengan politik. Ini problemnya serius, justru sangat relevan dengan Indonesia," papar Erani.


Saking cintanya dengan ekonomi kelembagaan, Erani memutuskan untuk meneruskan jenjang studinya S2 dan S3 di University of Göttingen, Jerman, selepas meraih gelar Sarjana di Universitas Brawijaya.

Terkadang, ia pun menularkan kecintaannya kepada mahasiswa dengan menjadi dosen ekonomi kelembagaan di almamater tercintanya.

"Namun, tidak sering, kadang jadi dosen tamu. Selain mengajar ekonomi kelembagaan, saya juga menjadi penguji mahasiswa di ujian tingkat akhirnya," jelasnya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER