Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp14.920 per
dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pagi ini, Kamis (27/9). Posisi ini
melemah 10 poin atau 0,06 persen dari sore kemarin, Rabu (26/9), yang sebesar Rp14.910 per dolar AS.
Sejalan dengan rupiah, beberapa mata uang negara di kawasan Asia berada di zona merah. Yen Jepang melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia minus 0,08 persen, dolar Singapura minus 0,07 persen, baht Thailand minus 0,04 persen, dan renminbi China minus 0,03 persen.
Hanya dolar Hong Kong yang menguat 0,01 persen dan won Korea Selatan 0,17 persen. Sedangkan, peso Filipina stagnan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara mata uang utama negara maju bergerak variasi. Dolar Kanada melemah 0,17 persen, dolar Australia minus 0,15 persen, dan franc Swiss minus 0,01 persen. Namun, rubel Rusia menguat 0,01 persen, euro Eropa 0,02 persen, dan poundsterling Inggris 0,03 persen.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah berpotensi melemah sepanjang hari ini karena pengaruh kenaikan tingkat bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve.
"Kenaikan The Fed akan membuat laju dolar AS meningkat dan menghalangi potensi kenaikan dari sejumlah mata uang lain, termasuk rupiah, meski kemarin sudah menguat," katanya, Kamis (27/9).
The Fed baru saja menaikkan kembali tingkat bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2-2,25 persen. Ini menjadi kenaikan bunga acuan ketiga kalinya dari The Fed pada tahun ini atau ketujuh kalinya sejak 2015 lalu.
"Komite mengharapkan bahwa peningkatan bertahap secara bertahap akan konsisten dengan ekspansi berkelanjutan kegiatan ekonomi, kondisi pasar dengan tenaga kerja yang kuat dan inflasi simetris dua persen menjadi tujuan komite selama jangka menengah," kata Gubernur The Fed Jerome Powell.
(uli/bir)