BNI Raup Laba Rp11,44 Triliun per September 2018

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 18 Okt 2018 18:29 WIB
BNI membukukan laba bersih Rp11,44 triliun hingga September 2018 atau naik 12,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BNI membukukan laba bersih Rp11,44 triliun hingga September 2018 atau naik 12,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (Dok. BNI).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) membukukan laba bersih sebesar Rp11,44 triliun hingga September 2018. Realisasi laba bank BUMN tersebut tumbuh 12,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp10,16 triliun.

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan pertumbuhan laba bersih perseroan disumbang oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) dan perbaikan kualitas aset.

Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 10,6 persen menjadi Rp26,01 triliun pada kuartal III 2018 dari sebelumnya Rp23,51 triliun pada kuartal III 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Pertumbuhan NII tersebut merupakan hasil dari penyaluran kredit BNI yang tetap terkelola dengan prudent (hati-hati) dan optimal," ujarnya dalam paparan kinerja perseran di Kantor pusat BNI, Kamis (18/10).

Perolehan laba bersih juga ditopang oleh pendapatan non bunga (fee based income) yang tumbuh 6,0 persen, yaitu dari Rp7,18 triliun pada kuartal Ill 2017 menjadi Rp7,61 triliun pada kuartal III 2018.

Anggoro memaparkan kenaikan pendapatan non bunga didorong oleh peningkatan kontribusi biaya (fee) dari segmen business banking, antara Iain fee dari trade finance yang tumbuh 16,3 persen dan fee dari bank garansi yang tumbuh 28,4 persen.


"Penyokong utama pendapatan non bunga juga berasal dari pertumbuhan bisnis consumer dan retail, antara lain fee pengelolaan rekening yang tumbuh 8,9 persen dan fee dari bisnis kartu yang tumbuh 6,9 persen," jelasnya.

Dari sisi penyaluran kredit, BNI mencatat pertumbuhan kredit sebesar Rp65,64 triliun atau meningkat 15,6 persen dari posisi Rp421,41 triliun pada kuartal III 2017 menjadi Rp487,04 triliun pada kuartal III ini.

Pertumbuhan tersebut dikontribusi oleh kredit pada bisnis korporasi yang meningkat 18,5 persen terutama kontribusi dari industri manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta konstruksi.


Anggoro mengklaim BNI dapat menjaga kualitas kredit sejalan dengan pertumbuhannya. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross yang turun menjadi 2,0 persen pada akhir September 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu di posisi 2,8 persen.

"Perbaikan NPL tersebut berasal dari membaiknya kolektabilitas, penyelesaian kredit, dan penurunan pokok kredit bermasalah disertai dengan pengelolaan kualitas aset yang terus membaik. Salah satunya dengan cara melakukan ekspansi yang selektif dan prudent dengan manajemen risiko kredit yang terukur," paparnya.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun pada kuartal III 2018 sebesar Rp548,59 triliun tumbuh 14,2 persen dari Rp480,53 triliun pada kuartal III 2017.


Ia melanjutkan perseroan berhasil menekan biaya sumber dana (cost of fund) di kisaran 2,8 persen dari periode sebelumnya sebesar 3,0 persen. Hal ini karena perseroan mampu menjaga rasio dana murah (CASA) yang meningkat ke level 61,9 persen pada kuartal III 2018 dari sebelumnya 60,4 persen pada kuartal III 2017.

Dengan kinerja positif tersebut, BNI mampu mencatatkan pertumbuhan aset 14,3 persen menjadi Rp763,52 triliun pada kuartal III 2017 dari sebelumnya Rp668,21 triliun pada kuartal III 2017. (ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER