Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Pertanian bersikeras bahwa produksi
jagung nasional sepanjang tahun ini surplus. Berdasarkan data yang dikantongi Kementan, proyeksi produksi jagung hingga akhir tahun ini mencapai 30,4 juta ton.
Proyeksi itu terdiri dari produksi jagung di Pulau Jawa sebanyak 11,6 juta ton dan di Luar Jawa sebanyak 18,4 juta ton. Sementara, konsumsinya secara nasional hanya mencapai 18 juta ton.
Dengan surplus mencapai 12,4 juta, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti disampaikan Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro, ekspor jagung mencapai 380 ribu ton per Juli 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Realisasi ekspor itu meningkat hingga 744 kali lipat dibandingkan ekspor jagung tahun lalu yang hanya berkisar 45 ribu ton.
"Kementan pastikan produksi jagung nasional pada 2018 surplus. Balance trade (neraca dagang) surplus. Kita ekspor 380 ribu ton, impor 100 ribu ton," imbuh dia, Sabtu (3/11).
Menurut Syukur, sejak aktivitas impor jagung dihentikan untuk pakan ternak sebanyak 3,5 juta ton pada 2017 lalu, pemerintah telah menghemat devisa sekitar Rp10 triliun.
Namun, belakangan ini sejumlah peternak dan produsen pakan ternak kembali berteriak mengenai harga jagung yang mahal dan kelangkaan pasokan.
Syukur menilai permasalahan jagung di dalam negeri dikarenakan distribusi. Misalnya, perbedaan biaya transportasi tujuan penjualan pasar domestik dan tujuan ekspor.
Ia mencontohkan, biaya transportasi Tanjung Priok ke Tanjung Pandan lebih mahal ketimbang Tanjung Priok ke Pelabuhan Port Klang Malaysia.
"Angka itu belum termasuk biaya solar mobil dan biaya lainnya. Sementara, Tanjung Priok ke Port Klang Singapura 24-27 ton, biayanya US$1.750. Biaya tersebut sudah termasuk semua pengurusan dokumen," jelasnya.
(sah/bir)