Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Keuangan membatalkan beberapa sisa rencana lelang Surat Utang Negara (
SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (
SBSN) di sisa tahun ini. Adapun, rencana lelang SUN dan SBSN ini sebelumnya sudah dimuat di dalam kalender penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) 2018.
Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu empat lelang yang dibatalkan adalah penerbitan SBSN tanggal 27 November 2018, penerbitan SUN tanggal 4 Desember 2018, penerbitan SBSN tanggal 11 Desember 2018, dan penerbitan SUN tanggal 18 Desember 2018.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan pembatalan lelang SUN dan SBSN ini disebabkan karena prospek defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diprediksi lebih kecil dari target semula. Di dalam APBN 2018, defisit APBN ditargetkan 2,19 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Lalu, diciutkan lagi menjadi 2,12 persen dari PDB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terakhir, sesuai perhitungan Kemenkeu, defisit APBN hingga akhir tahun ada di angka 1,83 persen. "Kami lihat dari penerbitan SBN dan alternatif pembiayaan yang kita miliki sudah mencukupi," jelas Sri Mulyani Kamis malam, (22/11).
Ia menuturkan, kondisi APBN hingga akhir tahun ini diprediksi membaik, dimana pertumbuhan penerimaan negara akan lebih besar dibanding pertumbuhan belanjanya. Sehingga, hal itu yang menyebabkan defisit APBN bisa terkikis hingga akhir tahun ini.
Berdasarkan realisasi per Oktober kemarin, penerimaan negara sudah mencapai Rp1.483,9 triliun atau tumbuh 20,7 persen dibanding tahun kemarin. Sementara itu, belanja negara sudah mencapai Rp1.720,8 triliun atau tumbuh 11,9 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"APBN nanti akan ditutup dengan growth (pertumbuhan) belanja dan penerimaan lebih baik, namun defisit lebih kecil," tandasnya.
Data Kemenkeu per Oktober mencatat, penerbitan SBN netto yang dilakukan pemerintah sudah mencapai Rp343,23 triliun. Angka ini tercatat 82,8 persen dari target penerbitan tahun ini Rp414,52 triliun.
(glh/bir)