China: Bahas Perdagangan dengan AS Harus Saling Menguntungkan

CNN Indonesia
Jumat, 23 Nov 2018 12:49 WIB
Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu pekan depan. Pertemuan diharapkan membawa solusi bagi perang dagang kedua negara.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump akan bertemu pekan depan. Pertemuan diharapkan membawa solusi bagi perang dagang kedua negara. (REUTERS/Saul Loeb).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China menegaskan pembahasan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) harus sejajar dan saling menguntungkan kedua negara. Diharapkan tensi dagang yang terjadi di antara kedua negara saat ini dapat dikelola melalui pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Dilansir Reuters, Jumat (23/11), kedua kepala negara akan membahas hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Buenos Aires, Argentina, pekan depan.

Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen menyampaikan harapannya agar China dan AS dapat menemukan cara menyelesaikan masalah 'perang dagang.'

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti diketahui, Washington meminta Beijing membuka akses pasar mereka terhadap barang-barang dari AS, termasuk perlindungan hak milik intelektual perusahaan AS. Namun, AS terlebih dahulu menabuh genderang perang dengan menerapkan tarif impor terhadap US$250 miliar barang-barang dari China.

Trump bahkan mengancam akan meningkatkan tarif impor terhadap barang-barang China menjadi sekitar US$267 miliar, apabila Beijing tak memenuhi tuntutan AS.

Kemarin, Trump menuturkan harapannya agar dapat membuat kesepakatan dengan China saat bertemu Xi Jinping nanti.


"Saya dapat mengatakan ini, 'China sangat ingin membuat kesepakatan karena tarif.' China ingin membuat kesepakatan: kalau kami mau buat kesepakatan, kami akan lakukan," imbuhnya di Florida, AS.

Namun, jelang pertemuan, Washington menyebut Administrasi Trump menunjukkan sedikit kelonggaran dalam tuntutannya terhadap China. Namun, China mendesak Washington menghentikan provokasinya tersebut. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER