Pertamina Bakal Tekan Impor LPG Hingga 70 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 28 Nov 2018 08:19 WIB
Pertamina dan PTBA bekerja sama membangun pabrik pengolahan gasifikasi batu bara. Pabrik ini diharapkan mampu menurunkan impor LPG hingga 70 persen.
Ilustrasi tabung LPG. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) optimistis kerja sama dengan PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA dalam hal gasifikasi batu bara mampu menurunkan impor liquified petroleum gas (LPG) hingga 70 persen.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan proyek gasifikasi baru bara itu terletak di Mulut Tambang Batu bara Peranap, Riau. Pembangunannya sendiri bakal dimulai pada awal 2019 mendatang.

"Perencanaan proyeknya awal tahun depan Insyaallah kami mulai karena kemarin kami sudah tentukan teknologi yang akan kami gunakan," ungkap Nicke, Selasa (27/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kerja sama itu, lanjut Nicke, merupakan jawaban perusahaan untuk menjawab tantangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengurangi impor. "Jadi memproses dari coal menjadi syn gas, kemudian menjadi Dimethyl Ether (DME). Itu untuk mengganti sebagian LPG," kata Nicke.

Dengan kata lain, batu bara berkalori rendah akan dikonversi menjadi DME sebagai bahan bakar pengganti elpiji.

Bila sesuai rencana, pabrik pengolahan gasifikasi batu bara ini bakal beroperasi pada November 2022 mendatang. Produknya sendiri diharapkan sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu ton Polypropylene per tahun.


Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ikut mendorong Pertamina melakukan hal tersebut untuk menekan impor. Menurutnya, Pertamina memang sedang melakukan studi terkait konversi batu bara berkalori rendah menjadi DME.

"Memang batu bara bisa dimanfaatkan, Indonesia kan juga ekspor batu bara. Itu bisa dikonversi," tutur Airlangga.

Bila impor LPG berhasil diturunkan, tambah Airlangga, maka dampaknya positif untuk neraca perdagangan Indonesia. Berdasarkan data BPS, impor gas (LPG dan LNG) sepanjang Januari-Oktober 2018 mencapai sekitar US$2,57 miliar, naik sekitar 30 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Sementara itu, defisit neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2018 mencapai US$5,51 miliar. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER