Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (
Apindo) menyatakan sejumlah pelaku usaha yang masih bergantung dengan
impor sepakat untuk menggunakan mata uang
China Renminbi dalam pembayaran impor mereka. Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan kesepakatan dilakukan untuk mengurangi ketergantungan importir terhadap mata uang dolar AS.
Kesepakatan juga dilakukan demi menjaga kekuatan rupiah. Hariyadi mengatakan dalam kesepakatan tersebut sudah ada 31 perusahaan yang setuju untuk menggunakan renminbi untuk pembayaran impor mereka.
Mayoritas perusahaan bergerak di sektor manufaktur. "Sementara dengan China dulu,
efektif juga kalau dengan China jika bisa dikonversi 20-30 persen tentu pengaruh ke rupiah bagus sekali," ucap Hariyadi, Rabu (5/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hariyadi mengatakan total perdagangan Indonesia dengan China saat ini mencapai US$60 miliar. Nilai perdagangan tersebut terdiri dari impor sebesar US$35-US$36 miliar dan ekspor sebesar US$26 miliar.
Ia mengatakan kalau dari total nilai impor tersebut, US$ 20 miliar berhasil dibayar dengan renminbi, dampaknya akan luar biasa bagi rupiah. Perhitungannya, kalau pembayaran dilakukan dengan renminbi dengan total nilai itu, plus harga minyak turun, rupiah sepanjang tahun depan bisa menguat ke kisaran US$13.800-13.900 per dolar AS.
Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir harga komoditas tersebut memang terus terkoreksi. Pada sore ini saja, harga minyak mentah AS berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 1,82 persen ke level US$52,28 per barel. Kemudian, untuk harga minyak mentah berjangka Brent melemah 1,74 persen menjadi US$61 per barel.
"Jadi kami yakin rupiah akan di bawah US$14 ribu per dolar AS," tegas Hariyadi.
Sementara itu, rupiah sore ini tercatat melemah tipis 0,77 persen atau 110 poin ke level Rp14.399 per dolar AS. Sepanjang hari ini rupiah bergerak dalam rentang Rp14.289-Rp14.423 per dolar AS.
(aud/agt)