Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (
PUPR) sedang meminta saran dari Asosiasi
Jalan Tol Indonesia (ATI) untuk menentukan besaran tarif tol Trans Jawa. Tujuannya, agar tarif tol
Trans Jawa bisa lebih efisien sehingga mampu menyusutkan ongkos logistik.
Hal itu dilakukan melalui agenda
Focus Group Discussion (FGD) yang diikuti pemerintah dan ATI di Kantor Kementerian PUPR pada hari ini, Rabu (5/12).
Dengan masukan asosiasi, Basuki sebenarnya tak ingin tarif tol dihitung mentah sesuai dengan jarak per kilometer (km), melainkan dengan sistem paket (bundling) per ruas tol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan tarif kereta api antara Jakarta-Tegal dan Jakarta-Semarang tak ada perbedaan, meski jaraknya berbeda. Ia berharap sistem tarif serupa bisa dijalankan di proyek tol Trans Jawa.
"Kalau misal tol sudah tersambung, apakah ada cara yang lebih efisien untuk meng-attract (menarik) biaya logistik yang lebih murah? Ini yang sedang kami diskusikan antara pemerintah dengan ATI," ujar Basuki di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (5/12).
Diskusi ini akan menghabiskan waktu, lantaran ada 20 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang terlihat di proyek tol Trans Jawa. Di dalam proyek Trans Jawa, perusahaan seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Lintas Marga Sedaya, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk bertindak sebagai BUJT.
"Ini cukup banyak BUJT-nya, dan saat ini masih didiskusikan," paparnya.
Meski belum ada kepastian, Basuki menginginkan tarif tol Trans Jawa bisa di bawah Rp1.000 per km. Tentu saja, hal itu harus mempertimbangkan beberapa faktor, mulai dari daya beli konsumen hingga beban operasional jalan tol itu sendiri.
"Dengan tarif yang lebih efisien, saya kira BUJT masih bisa balik modal," pungkas dia.
Rencananya, Proyek Tol Trans Jawa sepanjang 1.167 Km akan menghubungkan Merak hingga Banyuwangi. Konstruksi ditargetkan rampung akhir 2019 mendatang.
(glh/lav)