Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk mengklaim
erupsi Gunung Anak Krakatau tak mengganggu produksi baja di Cilegon, Banten. Seluruh operasional pabrik berjalan normal sejak tsunami di Selat Sunda terjadi pada 22 Desember 2018 lalu sampai saat ini.
Suriadi Arif, Sekretaris Perusahaan Krakatau Steel mengatakan hujan debu vulkanik memang sampai ke wilayah pabrik perusahaan beroperasional. Beruntung, kata dia, debu itu kian menipis berkat hujan besar yang turun seiring dengan datangnya debu vulkanik tersebut.
"Dari produksi, pasca produksi, operasional semua berjalan seperti biasa. Tidak ada yang terganggu," ucap Suriadi, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia tak menampik Gunung Anak Krakatau bukan hanya satu atau dua kali erupsi. Bahkan, gunung tersebut sebenarnya sudah berada di Level II sejak 2012 silam dan kembali aktif dengan erupsi pada pertengahan tahun lalu.
"Iya tapi kami tidak pernah terdampak, semua masih normal," terang Suriadi.
Kendati begitu, perusahaan tetap menyiapkan mitigasi risiko apabila sewaktu-waktu pabriknya terdampak karena letusan Gunung Anak Krakatau. Tak hanya itu, perusahaan juga sudah siap bila gempa dan tsunami terjadi di kawasan Cilegon.
"Kami ada tim tanggap darurat, kalau Tsunami bagaimana dan apa yang dilakukan dan cara evakuasi karyawan," tutur Suriadi.
Sebelumnya, Anggota DPRD Kabupaten Serang Nasrul Alam mengatakan hujan debu vulkanik semakin tebal sampai di Cilegon dan Bojonegoro karena erupsi yang terjadi di Gunung Anak Krakatau. Namun, ia memastikan kondisi itu tak sampai menghalangi pandangan mata pengemudi kendaraan, hanya saja memang menempel di beberapa kaca mobil dan halaman rumah.
Adapun, erupsi Gunung Anak Krakatau sempat menjadi salah satu pemicu tsunami yang terjadi di Provinsi Banten dan Provinsi Lampung bagian selatan. Kebetulan, erupsi itu juga terjadi berbarengan dengan fenomena alam lain, yakni bulan purnama.
(lav)