Jakarta, CNN Indonesia --
Dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya, euro dan yen Jepang pada Kamis (1/10) mendekati posisi terendah dalam 3 bulan terakhir. Lunglainya dolar AS seiring perkiraan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (
The Fed) akan mempertahankan suku bunganya pada tahun ini.
Risalah pertemuan the Fed pada 18-19 Desember lalu mengemukakan bahwa beberapa pembuat kebijakan setuju The Fed mempertahankan kebijakan suku bunganya.
Pelemahan dolar AS terjadi di tengah aksi investor mata uang safe haven seiring optimisme terkait pembicaraan AS dan China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelemahan dolar ini adalah koreksi yang terlambat setelah beberapa minggu ini secara mengejutkan justru menguat meski ada penurunan ekspektasi terhadap suku bunga AS," ujar Ulrich Leuchtmann, ahli strategi mata uang di Commerzbank.
Ia menyebut penguatan dolar AS sebelumnya dapat dijelaskan dengan kekhawatiran terhadap resesi global yang membuat investor memilih dolar sebagai aset safe haven.
China dan AS telah memperpanjang pembicaraan perdagangan dengan Beijing, mendorong harga minyak dan sentimen yang lebih kuat.
Kondisi ini ditambah dengan jaminan Beijing mendorong fiskal untuk menggenjot ekonomi membuat yuan China mencapai level tertinggi sejak Agustus.
Yuan menembus level kunci 7,8 per dolar AS dalam perdagangan domestik maupun luar negeri. Sementara Euro menguat tipis.
"Kehati-hatian The Fed baru-baru ini adalah sesuatu yang tidak pernah dinyatakan secara eksplisit dan datang di belakang bumper payrolls bulan lalu adalah sinyal kemungkinan akan jauh lebih
dovish daripada tahun lalu," kata Analis CMC Markets Michael Hewson.
Data ekonomi di zona euro secara konsisten tetap lebih lemah dari perkiraan selama beberapa bulan terakhir, terutama di Perancis dan Jerman, kekuatan ekonomi blok itu.
Bank Sentral Eropa secara luas diperkirakan akan tetap akomodatif pada tahun 2019 dan tetap harus mempertahankan mata uang tunggal.
(rim/agi)