Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan akan mempertimbangkan penerbitan aturan guna membatasi
impor produk asal Prancis. Ia bahkan sudah mengirimkan surat kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk melaksanakan ancamannya tersebut.
Ancaman tersebut ia sampaikan terkait rencana pembatasan penggunaan sawit dalam program biofuel di Prancis. Sebagai informasi, Parlemen Prancis bulan lalu menggelar voting untuk menghapus sawit dari program biodiesel mereka pada 2020 mendatang.
Penghapusan dilakukan sebagai tindak lanjut atas perhatian mereka terhadap dampak perkebunan sawit yang kebanyakan terdapat di Indonesia dan Malaysia. Mereka menilai sawit berdampak besar terhadap kerusakan lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam suratnya kepada Macron tertanggal 8 Januari, Mahathir meminta pemimpin Prancis tersebut menolak rencana parlemennya. Dalam surat tersebut, Mahathir menambahkan hubungan perdagangan antara Malaysia dan Prancis bergantung pada sikap saling menghormati satu dengan yang lain.
"Kegagalan untuk saling menghormati akan memaksa Malaysia untuk melakukan tindakan, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penangguhan pembicaraan perdagangan bebas UE-Malaysia dan pengenaan undang-undang yang berpikiran sama terhadap ekspor Prancis," kata Mahathir dalam suratnya seperti dikutip dari
Reuters, Kamis (24/1).
Mahathir dalam suratnya mengatakan langkah Prancis dapat memberikan 'konsekuensi ekonomi dan perdagangan yang merugikan' eksportir minyak sawit Malaysia dan para eksportir Prancis. Masalah tersebut bisa berdampak pada perdagangan bilateral dua negara yang pada 2017 lalu nilainya sudah mencapai US$4,4 miliar.
Seorang juru bicara kantor Mahathir mengkonfirmasi kebenaran surat itu dan mengatakan surat itu dikirim melalui saluran diplomatik. Seorang pejabat di kepresidenan Prancis mengatakan sedang menyelidiki keluhan Mahathir tersebut.
Minyak kelapa sawit adalah sumber utama pendapatan bagi Malaysia, yang merupakan pengekspor minyak nabati terbesar kedua. Minyak kelapa sawit saat ini diketahui digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel.
Minyak tersebut juga digunakan untuk keperluan produksi beberapa industri, seperti; kue, sabun maupun lipstik. Namun, keberadaan perkebunan sawit selama ini dipandang berdampak buruk pada lingkungan.
Aktivis lingkungan mengatakan bahwa industri minyak kelapa sawit menyebabkan kerusakan hutan, dan terusirnya satwa liar dari komunitas asli mereka. (reuters/agt)