Perang Dagang, AS Sebut Ada Peluang 'Damai' dengan China

CNN Indonesia
Jumat, 25 Jan 2019 11:35 WIB
Negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan China masih jauh dari penyelesaian masalah perdagangan. Namun, ada peluang kedua negara mencapai kesepakatan.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. (REUTERS/Jonathan Ernst)
Jakarta, CNN Indonesia -- Negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan China masih jauh dari penyelesaian masalah perdagangan. Kendati demikian, AS menyebut masih ada peluang kedua negara untuk mencapai kesepakatan.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan delegasi China beranggotakan 30 orang berencana datang ke Washington pekan depan untuk mengadakan pembicaraan dagang. Kedua negara tersebut tengah berupaya untuk menyelesaikan negosiasi terkait perselisihan dagang kedua negara sebelum batas waktu pada 1 Maret 2019.

"Ada kelompok (delegasi China) yang sangat besar datang. Ada banyak pekerjaan antisipatif yang dilakukan tetapi kami bermil-mil jauhnya dari mendapatkan resolusi dan terus terang itu seharusnya tidak terlalu mengejutkan," kata Ross dalam sebuah wawancara dengan CNBC, dikutip dari Reuters, Jumat (25/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut permasalahan dagang antara kedua negara sangat rumit. Permasalahan tersebut, antara lain mencakup komoditas kedelai dan LNG.

Ross menyebut salah satu yang terpenting adalah reformasi struktural yang Washington yakini dibutuhkan dalam ekonomi Tiongkok, serta mekanisme penegakan hukum untuk kegagalan mematuhi apa pun yang disepakati.


Ia mengatakan kedua belah pihak tidak mungkin menyelesaikan semua perselisihan mereka dalam pembicaraan minggu depan. Namun, ada peluang untuk mencapai kesepakatan.

"Saya pikir ada peluang yang adil untuk mencapai kesepakatan," jelas Ross.

Ross menekankan tidak ada batas waktu hingga 1 Maret. "Jadi ada sedikit waktu antara sekarang dan kemudian untuk menilai di mana kami berdiri, apakah itu layak untuk maju atau apakah mencapai jalan buntu?" jelas dia.

Komentar Ross berupaya menenangkan kekhawatiran pasar saham yang masih tersisa terkait dampak ekonomi dari pertarungan perdagangan AS-China.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin agak lebih optimis dengan mengatakan bahwa Amerika Serikat dan China membuat banyak kemajuan"dalam perundingan. Namun, ia tidak menguraikan bidang-bidang di mana kemajuan itu dapat dilihat.


Pembicaraan tingkat tinggi di Washington yang dijadwalkan minggu depan akan mencakup diskusi tentang praktik mata uang China. Mnuchin telah mengkritik pelemahan yuan di masa lalu, tetapi dalam beberapa hari terakhir, sentimen positif terhadap pembicaraan telah mengangkat nilai yuan terhadap dolar AS.

Jika kesepakatan tidak dapat dicapai pada 2 Maret untuk meningkatkan perlindungan China atas kekayaan intelektual AS, mengekang subsidi industri dan membuka pasar Cina untuk perusahaan-perusahaan AS, Presiden Donald Trump telah berjanji untuk meningkatkan tarif hingga 25 persen dari 10 persen pada impor impor China senilai US$ 200 miliar senilai US$ 200 miliar.

China telah berulang kali mengecilkan keluhan tentang pelanggaran kekayaan intelektual dan menolak tuduhan bahwa perusahaan asing menghadapi transfer teknologi secara paksa sebagai harga melakukan bisnis di China. Sebaliknya, Beijing telah menawarkan untuk secara signifikan meningkatkan pembelian kedelai, energi, dan produk-produk AS untuk mengecilkan defisit perdagangan AS yang mencapai US$ 375 miliar dengan China.

Mnuchin, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan pejabat administrasi Trump lainnya dijadwalkan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu pada 30 dan 31 Januari di Washington.

"Selama negosiasi tingkat tinggi yang akan datang, kedua belah pihak akan terus mengadakan pembicaraan mendalam tentang berbagai masalah ekonomi dan perdagangan yang menjadi perhatian bersama," terang Gao Feng, juru bicara kementerian perdagangan.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow juga membuat komentar positif tentang pertemuan di Washington. "Saya pikir pembicaraan Liu He akan menentukan," kata Kudlow.

Kudlow mengatakan kepada Reuters pada Selasa bahwa Trump tidak akan mundur dari apa yang dituntut AS terkait praktik teknologi di China.


Dua kelompok bisnis berpengaruh minggu ini juga mendesak Trump untuk mendorong reformasi yang berarti di Beijing untuk mengatasi masalah sistemik dalam ekonomi China yang menghasilkan persaingan tidak adil.

Sementara itu, IMF sebelumnya kembali memperingatkan dampak dari perang dagang antara kedua negara.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde pada menegaskan bahwa risiko utama yang dihadapi ekonomi global adalah ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Hal ini memicu pelambatan ekonomi Tiongkok.

"Perlambatan Tiongkok baik-baik saja. Ini sah. Tetapi jika perlambatannya cepat, itu akan menjadi masalah nyata," ungkapnya. (reuters/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER