Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana mengakuisisi bank kelas menengah pada tahun ini. Perseroan mengincar
bank yang fokus pada penyaluran kredit segmen kelas menengah atau
small medium enterprise (SME).
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan porsi kredit segmen kelas menengah pada 2018 lalu turun menjadi hanya 56,8 persen dari 2017 yang sempat berkontribusi 61,6 persen dari total kredit. Untuk mempertahankan kontribusi segmen tersebut, pihaknya berencana mengakuisisi bank yang fokus pada segmen kredit tersebut.
"Untuk kredit segmen kelas menengah tidak terlalu kuat, jadi kami mau bank yang memiliki kemampuan khususnya di segmen itu," terang Kartika, Senin (28/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang 2018 lalu, Perseroan menyalurkan kredit sebesar Rp820,1 triliun, naik 12,4 persen dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Kartika menyebut penyumbang terbesar pertumbuhan kredit adalah korporasi dan retail, khususnya mikro dan konsumer.
"Kredit segmen korporasi Rp325,8 triliun naik 23,3 persen," terang Kartika.
Kemudian, kredit retail sendiri tumbuh 10,52 persen menjadi Rp246,6 triliun. Lalu, perusahaan menyalurkan kredit mikro sebesar Rp102,4 triliun dan konsumer Rp87,4 triliun.
Lebih lanjut, Kartika menerangkan Perseroan telah menyiapkan dana sebesar Rp30 triliun untuk merealisasikan rencana akuisisi tersebut. Sayangnya, ia masih enggan membocorkan bank mana saja yang sudah dibidiknya.
"Belum ada (bank yang sudah jadi incaran atau diskusi)," imbuhnya.
Menurut Kartika, dana itu berasal dari modal inti perusahaan. Sebab, modal inti Bank Mandiri saat ini disebut-sebut berlebihan sampai 20 persen.
Pada akhir 2018, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Mandiri sebesar 20,98 persen. Sementara, pada 2017 rasionya sebesar 21,64 persen.
"Dalam jangka panjang target mau 17 persen, jadi ada akses modal di sana 3-4 persen," jelas Tiko.
Terlalu Banyak Bank
Selain untuk memfokuskan penyaluran kredit pada segmen kelas menengah, Kartika yang juga sebagai Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) mengklaim jumlah perbankan di Indonesia memang sewajarnya dikurangi.
"Idealnya itu jumlah bank 50-60 bank, jadi memang harus diturunkan jumlah bank nya," jelas dia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah bank di dalam negeri adalah dengan aksi penggabungan dan akuisisi. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per November 2018, jumlah bank saat ini mencapai 115 perusahaan.
(aud/agi)