Jakarta, CNN Indonesia -- Perbankan mengatakan akan mendorong
peningkatan kontribusi
pendapatan berbasis komisi (
fee based income) sebagai penyumbang laba sepanjang 2019 ini. Strategi ini ditempuh karena margin bunga bersih (
Net Interest Margin/NIM) kian mengecil seiring kenaikan
suku bunga acuan
Bank Indonesia.
Sekretaris Perusahaan BNI Ryan Kiryanto mengatakan bahwa angka NIM perbankan saat ini kian menyusut. Merujuk Statistik Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November silam, rata-rata rasio NIM perbankan berada pada angka 5,12 persen. Angka tersebut turun dibanding periode sama tahun sebelumnya yang masih bisa mencapai 5,31 persen.
Untuk meningkatkan laba bank, jalan terbaik adalah meningkatkan bunga kredit. Namun, setelah berdiskusi dengan pelaku usaha, kenaikan bunga kredit berpotensi akan menaikkan rasio kredit bermasalah (
Non Performing Loan/NPL).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanya,
fee based income diharapkan bisa mendongkrak laba perusahaan tahun ini. "Rata-rata NIM turun, bank mulai terbebani karena tahun lalu menahan bunga kredit. Tapi tentu NPL akan naik jika bunga naik. Sehingga ke depan, bank akan lebih ke
fee based income selain
interest income," jelas Ryan, Selasa (22/1).
Opsi kenaikan bunga kredit tidak dipilih karena bisa menaikkan NPL yang malah bikin bank buntung. Sebab, bank mengalokasikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk setiap kredit yang dikeluarkan.
Saat ini, BNI mengaku memasang
coverage ratio CKPN 146 persen dari kredit. Sehingga, jika CKPN digunakan, tentu itu malah menggerus laba bank secara dalam. "Makanya tidak apa-apa mengorbankan NIM, tapi NPL tetap bagus. Lebih baik dapat
interest income yang stabil asal NPL tidak naik," jelas dia.
Rencananya,
fee based income BNI akan dikejar dari transaksi antar bank dan seluruh transaksi yang menghasilkan komisi. Hanya saja, ia tak menyebut target kenaikan
fee based income di tahun ini. Menurutnya, itu akan disampaikan di paparan kinerja BNI yang sedianya dilaksanakan Rabu pekan ini.
Mengutip laporan keuangan BNI hingga kuartal III 2018, pendapatan operasional selain bunga perseroan mencapai Rp27,11 triliun. Pendapatan tersebut naik 9,75 persen dibanding periode sama 2017 yang mencapai Rp24,7 triliun.
"Dan memang secara tren ke depan,
fee based income akan melampaui
interest income. Peran bank sebagai
lender akan berkurang diganti pasar modal dan teknologi finansial," imbuh dia.
Tak hanya BNI, pilihan menggenjot pendapatan dengan memaksimalkan pendapatan berbasis komisi juga dipilih BRI. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan,
fee based income merupakan strategi jangka panjang perusahaan untuk mengerek laba.
Strategi ditempuh, agar bank bisa mendapatkan diversifikasi penerimaan selain pendapatan bunga. Hingga kuartal III 2018, pendapatan operasional non-bunga BRI ada di angka Rp16,21 triliun.
Pendapatan tersebut meningkat 18,41 persen dibanding tahun sebelumnya Rp13,69 triliun. Khusus untuk
fee based income, BRI menargetkan pertumbuhan sebesar 13 persen hingga 15 persen.
"Sumber kenaikan
fee based income ditargetkan berasal dari
transaction-based fee income, seperti
trade finance dan transaksi
e-banking serta kontribusi perusahaan anak seperti
bancassurance dan produk keuangan lainnya," papar Haru kepada CNNIndonesia.com.
(glh/agt)