Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan penghapusan
utang (
write off) tahun ini sebesar Rp8 triliun atau menurun 38 persen dari realisasi tahun lalu yang sebesar Rp13 triliun. Hal ini seiring dengan penurunan rasio kredit bermasalah (
non performing loan/NPL) sepanjang 2018.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perusahaan menggelontorkan dana rata-rata Rp11 triliun untuk penghapusan kredit sejak 2015 hingga dua tahun berikutnya. khusus 2018, jumlahnya naik mencapai Rp13 triliun.
"Normalnya 1 persen dari aset, jadi mungkin Rp8 triliun, tapi kemarin-kemarin sempat sampai Rp11 triliun-Rp13 triliun, posisinya di atas normal," jelas Kartika, Senin (28/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kartika menjelaskan pihaknya sengaja menggelontorkan dana untuk penghapusan kredit karena sejak 2016 tingkat NPL terbilang tinggi. Beruntung, tahun lalu NPL gross turun menjadi 2,75 persen dari sebelumnya 3,46 persen dan NPL net menjadi 0,73 persen dari 1,18 persen.
"Makanya tahun lalu itu kami harapkan write off terakhir terbesar," imbuh Kartika.
Untuk tahun ini, manajemen menargetkan NPL gross bisa turun pada kisaran 2,5 persen. Selain penghapusan buku, Kartika menjelaskan pihaknya juga akan menggeser portofolio kredit ke korporasi, dan retail.
"Kami agresif di korporasi dan retail itu menurunkan NPL tahun lalu," kata Kartika.
Khusus untuk kredit korporasi di sektor infrastruktur, Kartika mengakui NPL hampir 0 persen. Bahkan permintaan kredit terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada 2018 Perseroan menyalurkan kredit keseluruhan segmen sebesar Rp820,1 triliun, atau naik 12,4 persen dari 2017 sebesar Rp729,5 triliun. Sepanjang tahun lalu, kredit korporasi dan kelembagaan berkontribusi sebesar 23,3 persen terhadap penyaluran kredit Bank Mandiri.
Target 2019, Kartika menyebut potensi pertumbuhan laba bersih tak setinggi 2018 yang mencapai 21,2 persen. Namun, ia optimistis pertumbuhannya masih dua digit.
"2019 itu peluang tetap baik, kredit juga masih akan meningkat. Mungkin kuartal I 2019 kredit naik 11-12 persen, tapi keseluruhan kredit naik 11-13 persen," papar Kartika.
Namun, Kartika menyadari perusahaan masih memiliki tantangan berupa pendanaan. Sudah menjadi rahasia umum jika rasio pinjaman terhadap pihak ketiga atau Loan to Deposito Rasio (LDR) sedang mengetat sejak tahun lalu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat LDR bank umum pada November 2018 tercatat sebesar 92,59 persen. Rasio ini sebenarnya sedikit lebih longgar dibandingkan posisi LDR bank umum pada Oktober yang tercatat sebesar 93,06 persen.
Untuk Bank Mandiri sendiri LDR pada akhir tahun lalu lebih ketat dari industri, yakni mencapai 97,08 persen. Kartika menargetkan LDR bisa lebih longgar tahun ini dan rasionya turun menjadi 91 persen-93 persen.
Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan akan menerbitkan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) sebesar US$500 juta-US$1 miliar atau Rp7,05 triliun-Rp14,1 triliun (kurs Rp14.100).
"Kami dorong kuartal I ini untuk MTN global," pungkas Kartika.
(aud/lav)