Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (
BI) dengan percaya diri menyebut nilai tukar
rupiah bakal stabil bahkan cenderung menguat tahun ini. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun lalu di mana mata uang Garuda terdepresiasi 5,8 persen menjadi Rp14.385 per dolar AS.
"Tahun ini rupiah sedang terapresiasi. Ke depan rupiah akan stabil dan cenderung terapresiasi ," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat menghadiri Mandiri Investment Forum ke-8 di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (30/1).
Secara umun, ia menilai nilai tukar rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya (
undervalued), sehingga trennya masih akan menguat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Perry, setidaknya ada 4 faktor yang bakal menopang ketangguhan rupiah tahun ini. Pertama, aliran modal asing yang akan lebih banyak masuk ke Indonesia. BI mencatat aliran modal asing yang masuk ke Indonesia pada 2018 mencapai US$12 miliar.
Tahun ini, sampai 24 Januari 2019, aliran modal masuk di obligasi pemerintah dan ekuitas mencapai US$1,4 miliar atau Rp19 triliun. "Dengan aliran modal masuk, pasokan valuta asing akan naik," imbuh dia.
Kedua, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tidak akan seagresif tahun lalu. Tahun ini, BI memperkirakan kenaikannya hanya dua kali sehingga selisih suku bunga acuan Indonesia dengan AS tetap akan membuat investasi portofolio di Indonesia menarik.
Ketiga, ia melanjutkan defisit transaksi berjalan dan inflasi akan terjaga berkat koordinasi BI dengan pemerintah. Artinya, secara fundamental, nilai tukar rupiah akan membaik.
Terakhir, mekanisme pasar valas saat ini lebih fleksibel karena tidak bergantung pada pasar spot, tetapi juga pasar swap dan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF). Selisih kurs antar pasar spot dan DNDF tidak terlalu jauh, sehingga investor asing juga mulai banyak yang masuk tidak hanya perbankan domestik.
(sfr/bir)