Prabowo-Sandi Gagas Program Serupa Jokowi di Sektor Pertanian

CNN Indonesia
Sabtu, 16 Feb 2019 14:53 WIB
Prabowo-Sandi menggagas program asuransi pertanian untuk risiko gagal panen. Program ini telah diinisiasi Pemerintahan Jokowi dan saat ini masih berjalan.
Ilustrasi lahan sawah. (ANTARA FOTO/Aji Styawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengusulkan asuransi pertanian untuk menangkis risiko gagal panen. Program yang sama telah diinisiasi Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) pada 2015 lalu.

Sementara, program asuransi pertanian yang diusulkan Prabowo-Sandi masih sebatas wacana.

"Kami sedang mencari skema untuk itu. Persoalannya ada semacam yang kami sebut 'no farmer, no food, no future' atau tidak ada petani, tidak ada makanan, tidak ada masa depan. Petani hari ini prioritas kami," tutur Juru Bicara Pasangan Capres Cawapres nomor urut dua Dian Islamiati, Sabtu (16/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laiknya program pemerintah, asuransi pertanian versi Prabowo-Sandi juga menawarkan risiko gagal panen saat kemarau panjang. Intinya, Dian melanjutkan, program asuransi pertanian akan menjamin kesejahteraan para petani.


"Kami mengembangkan mekanisme, buat program agar mereka (petani) tidak sengsara nanti. Kami buatkan asuransi," imbuh dia seraya menambahkan program serupa yang ia lakukan di Australia.

Selain asuransi pertanian, sambung Dian, Prabowo-Sandi juga akan menguatkan sektor pertanian melalui pembangunan infrastruktur di tingkat desa. Ia mengibaratkan petani menjadi cangkul digital.

"Kalau hanya cangkul saja, tanpa pahami persoalan manajemen dan pemasaran akan kesulitan. Tugas pemerintah, negara hadir itu tidak sekadar semua diurus negara, tapi juga harus memperkuat masyarakat," jelasnya.


Upaya lain Prabowo-Sandi memperkuat sektor pertanian adalah dengan membatasi kebijakan impor. Menurut Dian, impor akan dihindari apabila tidak terlalu dibutuhkan.

"Kami akan kendalikan impor. Lebih realistis. Masalah sekarang ketika kebutuhan berlimpah, tetapi kok impor banyak. Berarti tidak menggunakan data. Pendekatan yang kami lakukan adalah pendekatan sustainable development, pendekatan pembangunan yang berkelanjutan. Sehingga tidak ada ego sektoral," tandasnya.

Sekadar informasi, program asuransi pertanian yang ada saat ini dijalankan oleh PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo, perusahaan asuransi kerugian pelat merah.


Produk yang bertajuk Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman risiko gagal panen akibat bencana banjir, kekeringan, penyakit, seeta serangan organisme pengganggu tanaman.

Hingga kuartal I 2018, Jasindo membukukan premi AUTP sebesar Rp46,32 miliar. Dari nilai premi total itu, petani hanya membayarkan iuran Rp36 ribu per hektare (ha) tanaman padi atau sekitar 20 persen dari nilai iuran sebenarnya. Sedangkan sisanya ditanggung pemerintah melalui subsidi.

Selain AUTP, pemerintah juga menggagas Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Premi yang dibukukan Jasindo sebesar Rp8,98 miliar pada kuartal I 2018.
Untuk AUTP, sekitar 250 ribu lahan sawah tercatat telah diasuransikan. Sementara, untuk AUTS, sekitar 45 ribu ekor sapi terlindungi asuransi. (agn/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER