Jakarta, CNN Indonesia --
Standard Chartered Bank memberi sinyal bakal melepas kepemilikan sahamnya sebesar 44,56 persen pada PT
Bank Permata Tbk. Sinyal tersebut diberikan seiring restrukturisasi aset yang tengah dilakukan bank yang berkantor pusat di London, Inggris tersebut.
CEO Standard Chartered Bill Winters menargetkan dapat mencapai rasio laba atas ekuitas yang berwujud (
Return on Tangiable/RoTE) di kisaran 10 persen pada 2021. Tahun lalu, bank tersebut hanya mampu membukukan RoTE sebesar 5,1 persen, jauh di bawah target yang dipatok perusahaan tiga tahun lalu sebesar 8 persen.
Guna mengejar target tersebut, Winters mengaku bakal menjual bisnis dengan keuntungan rendah dan meningkatkan pendapatan dari bisnis dari Korea Selatan dan India. Ia juga menyebut kepemilikan saham Standard Chartered di Bank Permata tak lagi menjadi inti bisnis perusahaaan, mengindikasikan potensi perusahaan melepas saham pada Bank Permata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami terus bertransformasi dalam tiga tahun terakhir dan kami akan terus bertransformasi," jelas Winters dikutip dari Reuters, Rabu (27/2).
Standard Chartered tak menjelaskan lebih detail terkait rencana divestasi perusahaan. Namun, bank tersebut menargetkan untuk meningkatkan pengembalian keuntungan pada bisnisnya di India, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. Empat negara dengan pasar besar ini sudah menjadi biang keladi turunnya bisnis perusahaan, menyumbang 21 persen dari biaya, tetapi hanya 13 persen dari laba.
Mengesampingkan rencana penjualan salah satu dari empat bisnis itu, Winters mengatakan pihaknya akan mencoba untuk meningkatkan pangsa pasar di negara-negara tersebut dengan berpartner bersama fintech.
Hugh Young, Managing Director for Asia Pasific Aberdeen Standard Investments menyebut proses restrukturisasi yang dilakukan Standard Chartered tak akan berlangsung cepat. Namun, ia memperkirakan hal tersebut dapat mewujudkan target RoET perusahaan untuk mencapai dua digit.
Rumor Standard Chartered melepas saham Bank Permata sebenarnya sudah berhembus sejak 2015 saat kinerja bank tersebut mulai menurun. Namun, hal tersebut beberapa kali dibantah oleh Standard Chartered Bank.
Penurunan kinerja Bank Permata mulai terlihat sejak 2015. Kala itu, laba perseroan anjlok 84 persen dari 1,59 triliun tahun sebelumnya menjadi Rp247 miliar. Pada 2016, Bank Permata bahkan mencatatkan rugi mencapai Rp6,48 triliun.
Kinerja Bank Permata mulai membaik pada 2017 dan mulai mencatatkan laba sebesar Rp725,68 miliar. Sementara tahun lalu, bank tersebut mencatatkan laba sebesar Rp941,32 miliar.
(reuters/agi)