Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp14.069 per dolar
Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (28/2) sore. Dengan demikian, rupiah melemah 0,28 persen dibandingkan penutupan pada Rabu (27/2) yakni Rp14.030 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.062 per dolar AS atau melemah dibanding hari sebelumnya yakni Rp14.004 per dolar AS. Pergerakan rupiah di pasar spot hari ini ada di kisaran Rp14.040 hingga Rp14.080 per dolar AS.
Sore hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,5 persen yang disusul oleh Baht Thailand sebesar 0,32 persen. Kemudian, ringgit Malaysia melemah 0,09 persen dan dolar Singapura juga melemah 0,02 persen. Di sisi lain, dolar Hong Kong tidak menunjukkan pergerakan sedikit pun terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, terdapat juga mata uang Asia yang menguat seperti yuan China sebesar 0,01 persen, yen Jepang 0,16 persen, rupee India sebesar 0,22 persen. Kemudian, peso Filipina menjadi mata uang terkuat di Asia pada hari ini dengan penguatan 0,25 persen.
Pergerakan yang bervariasi ditunjukkan oleh mata uang negara maju. Dolar Australia melemah 0,03 persen dan poundsterling Inggris melemah 0,05 persen, namun euro menguat 0,13 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah yang terus melemah hari ini disebabkan negosiasi perang dagang AS dan China menemui hambatan baru. Negosiator perdagangan utama AS Robert Lightnizer mengatakan belum ada kejelasan mengenai pemaksaan transfer teknologi terhadap perusahaan AS yang menjalankan bisnisnya di China. Kemudian, belum ada kesepakatan juga ihwal manipulasi kurs untuk mendongkrak kinerja ekspor China.
Sementara itu, akibat perang dagang yang dibunyikan tahun lalu, data ekonomi China terus mengalami pelemahan. Indeks manufaktur negara tirai bambu itu pada Februari tercatat 49,2 atau lebih rendah dari Januari 49,5.
Seperti diketahui, negosiasi perang dagang yang belum menemui solusi membuat ekspor China melesu. Akibatnya, impor bahan baku juga berkurang. Indonesia sebagai pemasok bahan baku ke China turut terkena dampak, termasuk dari sisi mata uang.
Kemudian, sentimen eksternal muncul dari ketegangan antara India dan Pakistan yang memanas terkait Kasmir. "Di sisi lain, India merupakan negara berkembang yang saat ini negara penting di Asia," jelas Ibrahim kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (28/2).
Kemudian, hal lain yang mempengaruhi rupiah kali ini adalah kericuhan yang terjadi belakangan pada saat kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres). Padahal, masing-masing pasangan calon sudah berjanji untuk melaksanakan pemilu yang damai.
"Selain itu kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia," pungkasnya.
(glh/agt)