Dibayangi Perburuan Dolar AS, Rupiah Lemah ke Rp14.030

CNN Indonesia
Rabu, 27 Feb 2019 16:42 WIB
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (27/2) sore diperdagangkan di level Rp14.030 per dolar AS, melemah 0,27 persen dibanding Selasa (26/2).
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu (27/2) sore diperdagangkan di level Rp14.030 per dolar AS. Dengan posisi tersebut, rupiah melemah 0,27 persen dibandingkan penutupan Selasa (26/2) sore yang di level Rp13.992 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.004 per dolar AS atau melemah dibanding hari sebelumnya yakni Rp13.990 per dolar AS. Adapun, pergerakan rupiah di pasar spot hari ini ada di kisaran Rp13.980 hingga Rp14.042 per dolar AS.

Sore hari ini, mata uang utama Asia bergerak cukup bervariasi. Rupee India melemah 0,29 persen, baht Thailand melemah 0,24 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,02 persen. Kemudian, dolar Singapura dan dolar Hong Kong masing-masing melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun di sisi lain, terdapat pula mata uang yang menguat terhadap dolar AS seperti ringgit Malaysia sebesar 0,17 persen, yen Jepang sebesar 0,18 persen, yuan China sebesar 0,31 persen, dan peso Filipina sebesar 0,39 persen sekaligus menjadi juara di Asia untuk hari ini.


Pergerakan yang bervariasi juga terjadi di mata uang negara maju. Dolar Australia terpantau melemah 0,23 persen terhadap dolar AS, sementara euro dan poundtserling Inggris terlihat menguat masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,23 persen terhadap dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan pada perdagangan hari ini rupiah mendapatkan sentimen negatif dari global. Salah satunya, dari pernyataan bank sentral AS The Fed mengenai kemungkinan gagal bayar utang pemerintah AS.

Per 12 Februari kemarin, utang pemerintah AS sudah mencapai US$22,15 triliun atau naik dibanding sepekan sebelumnya yang mencapai US$21,9 triliun. Selain itu, tekanan juga datang dari gejolak di perekonomian global seperti Eropa dan China. Gejolak tersebut meningkatkan kekhawatiran pasar dan memicu mereka mencari aset aman untuk berinvestasi, salah satunya dolar AS hingga membuat rupiah tertekan.

"Dolar AS ternyata masih menjadi darling bagi pelaku pasar, meski tanpa kenaikan suku bunga acuan seperti tahun lalu," jelas Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/2).

[Gambas:Video CNN]

Ibrahim mengatakan selain sentimen tersebut, rupiah juga mendapatkan sentimen negatif dari kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak diperkirakan akan menggelembungkan nilai impor Indonesia.

Kenaikan nilai impor tersebut secara otomatis akan mendorong peningkatan permintaan dolar AS sehingga membuat rupiah tertekan.

"Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak tentu bukanlah kabar baik," pungkas dia.

(glh/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER