Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (
PLN) akan mencari pendanaan eksternal (fund raising) tahun ini mencapai Rp50 triliun. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk memenuhi separuh dari kebutuhan
belanja modal (
capital expenditure/capex) tahun ini sebesar Rp80 triliun - Rp90 triliun.
"(Pendanaan) separuhnya paling Rp40-Rp50 triliun, kami lihat saja. Sudah termasuk perbankan juga," kata Direktur Keuangan PLN Sarwono di Hotel JW Marriot, Selasa (26/3).
Selain dari perbankan, ia menuturkan perusahaan membuka peluang untuk penerbitan seluruh instrumen surat utang (obligasi), baik domestik maupun global. Namun demikian, penerbitan instrumen tersebut menunggu waktu yang tepat di pasar keuangan. Selain itu, penerbitan instrumen tersebut juga akan disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan perseroan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarwono menegaskan penerbitan instrumen pendanaan tidak akan direalisasikan dalam waktu dekat, lantaran kas internal PLN masih mencukupi untuk pengembangan proyek-proyek PLN.
"Pilihan pendanaan kami ini tidak terpaku pada satu saja, global bond, local bond, dana bank, apa syariah, apa sukuk," imbuhnya.
Ia merinci belanja modal tersebut akan digunakan untuk investasi pada pembangkit listrik. Selain itu, PLN juga akan mengalokasikan dana belanja modal untuk pengembangan transmisi dan distribusi.
"Pembangkit itu sekitar 50 persen dari total, dan 50 persen sisanya untuk transmisi, distribusi, dan gardu induk," tuturnya.
Sepanjang 2018, penjualan listrik PLN meleset dari target. Penjualannya hanya terealisasi 232 TeraWatthour (TWh) atau tumbuh 5,15 persen atau di bawah target yang dipatok sebesar 7 persen.
[Gambas:Video CNN] (ulf/lav)