TOP TALKS

Tahir, 'Crazy Rich Surabaya' yang Benci Orang Kaya

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Kamis, 04 Apr 2019 09:59 WIB
Meski kini masuk jajaran orang terkaya di Indonesia, pemilik Mayapada Grup Dato Sri Tahir mengaku sebenarnya benci dengan orang kaya sejak kecil.
Pemilik Mayapada Grup. (CNNIndonesia/Safir Makki).
Bagaimana kehidupan masa kecil Anda?

Saya waktu kecil, ada satu hal yang terus melekat dan mungkin baru hilang beberapa tahun yang lalu yaitu merasa minder atau rendah diri. Itu cukup kental. Sebenarnya tidak bagus ya untuk masa pertumbuhan (anak), tidak baik. Makanya saya bilang sekarang, kalau mendidik anak itu dengan suka cita. Dulu kan orang tua saya tidak memiliki kemampuan itu.

Tapi untungnya saya sekolah, sehingga bisa menerobos apa yang tadinya bisa menjatuhkan saya, yakni rasa rendah diri. Tapi kan tidak semua orang memiliki kemampuan seperti itu. Kalau dia minder, dendam, dia menjadikan itu negatif juga bisa saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi saya jadikan rasa ini (rasa rendah diri) sebagai motivasi untuk mencari loncatan-loncatan yang lebih baik. Itu hal yang penting untuk hidup sebenarnya. Saya jadikan energi positif, lalu bisa saya capai sampai hari ini.

Rasa minder seperti apa yang Anda rasakan? 

Yang membuat saya minder itu adalah apa yang saya lihat dan dengar sendiri dari orang tua. Obrolan antara papa sama ibu, banyak merasa ditekan, Mereka kesulitan, dihina orang, diremehkan. Jadi itu terus menjadi suatu pendidikan secara informal menurut saya.

Orang tua saya sebenarnya tidak kasih tahu bahwa mereka dihina orang, tapi memang cerita kalau sedang susah berdagang, tidak dapat uang.

Sekarang kalau saya flashback itu seperti tidak bagus untuk pendidikan, tapi itu fakta dalam kehidupan saya. Orang tua saya juga mungkin tidak sengaja mau mengajari anaknya demikian. Jadi, menurut saya itulah kepahitan yang saya timbun dalam hidup.


Apa pekerjaan yang ditekuni oleh orang tua?

Pertama kan mereka jadi juragan becak. Lalu mulai hidup baik itu ketika ayah saya diangkat sama kakak perempuannya menjadi pengusaha tekstil. Sejak itu, kehidupan saya agak mendingan.

Sebenarnya kehidupan saya oke-oke saja. Walaupun orang tua saya juragan becak, saya tidak pernah lapar ya, tidak pernah kekurangan. Kalau kekurangan materi pasti ada, ambil contoh kalau saya pulang sekolah itu kadang-kadang tidak punya uang jajan. Kalau merasa haus saya menunggu teman mentraktir dulu.

Apakah kepahitan hidup ini yang membuat akhirnya Anda membenci orang kaya?

Saya benci orang kaya sejak kecil, karena itu lebih banyak orang tua saya yang mewarisi. Mereka kan sering mengobrol tadi ya, cerita kok tadi ketemu orang diginiin (diremehkan). Karena saya orang tegar, saya dendam. Suatu hari akan saya bales. Balasnya terserah, apa dengan prestasi atau seperti apa.

Apa yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil?

Ayah saya meletakkan pondasi bagaimana jadi orang baik. Ayah saya tidak pernah mau merugikan orang, kerja yang benar. Ibu saya mengajari untuk fighting spirit, beliau umur 89 tahun masih bekerja.

Ayah saya sangat gentlemen, kalau jadi orang jangan menipu. Ayah saya bilang begini, kalau bisa kamu menjadi orang yang dihormati orang, orang hormat dan salut. Tapi kalau tidak mampu, kamu harus jadi orang kedua, membuat orang simpatik, eh orang ini kok baik ya ayo dibantu. Dia jujur, tulus. Kalau tidak bisa menjadi orang pertama, jangan sampai dibenci orang.


Kapan dan bagaimana Anda memulai bisnis?

Setelah lulus saya sekolah sipil, lalu dikeluarkan. Masuk kedokteran dikeluarkan juga. Terus jadi inang-inang (berdagang) lah. Jadi inang-inang pengalaman yang bagus untuk saya.

Saya ke Singapura, tinggal di losmen, itu sendiri ya. Kesendirian itu membuat saya tabah hari ini. Saya tidak ada bimbingan, kalau sekarang kan saya bimbing anak saya. Kalau dulu saya, siapa yang bimbing? tidak ada. Semua saya kerjakan sendiri, saya ngomong bahasa Inggris tidak jelas, how much how much, discount-discount. paling begitu. Bahasa Inggris juga kacau ya orang Surabaya, bukan dari Jakarta, tapi Suroboyo.

Saya kemudian buka showroom. Jadi 3S, sale, service, dan sparepart. Saya jual mobil Suzuki, tapi bangkrut. Itu kan modalnya besar, pinjam uang juga di bank.

Apa itu menjadi titik terendah dalam hidup Anda?

Iya, waktu saya bangkrut. Saya kan berutang kira-kira US$10 juta lebih. Saya selama enam bulan tidak mau ketemu orang, saya merenungkan bagaimana bayar utang ini, jual barang ini. Bayar ini, lunasin ini, begitu. Itu kan tanggung jawab saya sebagai debitur. Di sanalah saya melihat suatu fakta. Yang tadinya orang itu baik ke saya, jadi tidak lagi. Termasuk keluarga.

Bagaimana cara Anda bangkit dari titik terendah itu?

Saya adalah orang yang bukan positive thinking, saya adalah orang yang fighter. Saya mau cerita begini, ini bagus untuk anak muda.

Ketika kita kepeleset di tengah jalan, ada tiga sikap yang bisa diambil. Sikap pertama, kepeleset lalu bangun lagi dan jalan saja. Ini adalah sikap yang celaka. Kedua, kepeleset, lihat lagi, oh ternyata ada kulit pisang kemudian mengerti terus jalan lagi. Ketiga yang paling penting, dia melihat kulit pisang, terus berpikir kok saya bisa teledor ya tadi. Apa yang saya pikirkan sampai jatuh, lalu saya ambil kulit pisang dan saya buang agar orang lain tidak jatuh juga. Sikap ketiga itu adalah yang harus pilih. Dalam hidup juga begitu.

Ada orang gagal bolak-balik tidak belajar, karena dia anggap ya sudah. Saya tidak mau. Saya ada kejadian jatuh, saya mau belajar. Apa yang salah, misalnya saya bisnis mobil jatuh, saya harus tahu. Oh, saya pinjam uang terlalu banyak. Jadi saya tahu jangan utang terlalu banyak.

Tahir, 'Crazy Rich Surabaya' yang Benci Orang Kaya (EMBARGO)Dato Sri Tahir. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama).

Istri Anda adalah anak dari Pak Mochtar Riady, apa Anda sempat merasa minder?

Sempat minder. Pasti dong. Tapi istri saya sangat baik, tidak pernah menunjukkan anaknya Pak Mochtar. Istri saya baik dan setia mendampingi saya waktu melarat.

Dari mana Anda belajar sikap kepemimpinan dalam hidup Anda?

Mungkin dari pengalaman, konsultasi. Hanya itu saja. Itu karunia. Susah dipelajari.

Apa yang anda tanamkan ke karyawan?

Seorang pemimpin harus memenuhi tiga syarat, yang pertama harus bisa memberitahu kepada pengikutnya, ini berlaku untuk presiden berlaku untuk kepala keluarga, suami, dan direktur perusahaan. Dia harus bisa meyakinkan dan memberitahukan ke pengikutnya. Saya mau bawa kalian.

Jadi melamar ke perusahaan dia, harus tanya saya mau dibawa ke mana sih pak. Dia harus mampu jawab. Dia harus tahu membawa anda ke level mana. perusahaan mau di bawa ke mana, anak-anak mau dibawa ke mana.

Kedua, dia harus bisa meninggalkan teladan. Dia adalah sebuah panutan, sebuah model. Kalau di perusahaan di Mayapada saya bilang mau bawa Mayapada ke sini, lalu saya disiplin.  Ketiga, menciptakan nilai tambah. Nilai tambah itu anak saya bisa saya sekolahkan di tempat yang lebih baik, sekarang teknologi maju.


Anda juga dikenal sebagai seorang filantropis, apa sebenarnya motivasi Anda?

Itu bukan motivasi, tapi yang harus dilakukan. Ada orang bertanya sama saya, kamu sumbang sini sumbang sana apa tidak sayang? Kenapa uangnya tidak dinikmati sendiri?

Saya bilang ada sebuah konsekuensi dari sebuah logika. Kalau tidak ada Indonesia kan tidak ada Tahir. Kalau saya tinggal di Sudan hari ini saya adalah pengungsi, kalau tinggal di Syria saya pengungsi. Baru saya tinggal di Indonesia saya jadi Tahir seperti hari ini.

Maka itu saya adalah satu-satunya orang Indonesia yang telah tanda tangan giving pledge. Artinya tanda tangan apa? Saya bersedia menyumbang 50 persen dari harta saya untuk dikembalikan kepada masyarakat. Apa susahnya? tidak ada susahnya.

Kedua, sebagai seseorang yang mengenal agama, ibadah, harus sadar bahwa baik di agama Islam, Kristen, Buddha, dan apa pun namanya, selalu menjelaskan bahwa sumber daripada semua berkah itu adalah dari Gusti Allah. Artinya apa? Kita semua tahu ketika dikasih uang di dunia ini bukan untuk menjadi hak milik. Kita tidak pernah loh dikasih hak milik, hanya dikasih hak mengelola.

Impian apa lagi yang mungkin belum tercapai?

Mimpi begini, setiap orang pasti memiliki mimpi fase berbeda ya. Mimpi tuh bisa berubah, waktu umur 20 tahun, 30 tahun, dan 50 tahun berbeda. Jangan mimpinya terus sama. Sekarang saya umur 67 tahun, mimpi apa yang saya harapkan.

Hanya satu, yakni adalah bagaimana kelak menghadap ke sang pencipta. Rapor apa yang mau saya bawa. Ini penting dan krusial. Saya mau bawa kejelekan saya atau saya mau bawa kebaikan saya. (agi)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER