Sentimen Global Dongkrak Likuiditas dan Kredit Perbankan

CNN Indonesia
Kamis, 25 Apr 2019 03:30 WIB
OJK menyebut kondisi likuiditas dan pertumbuhan kredit perbankan mencatatkan capaian positif pada kuartal I 2019.
Ilustrasi likuiditas perbankan. (REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor keuangan mendapat 'berkah' dari berbagai sentimen global yang ada sepanjang kuartal I 2019. Hal itu tercermin dari pertumbuhan positif likuiditas dan penyaluran kredit perbankan dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK Anto Prabowo menjelaskan sentimen global bagi sektor keuangan Indonesia berasal dari berbagai kebijakan bank sentral dunia, terutama bank sentral AS The Federal Reserve dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB).

"Keduanya mereafirmasi tidak akan menaikkan suku bunga kebijakan pada 2019. Pelonggaran moneter (keduanya) turut mendorong peningkatan likuiditas ke emerging market (negara berkembang)," ucap Anto dalam keterangan resmi, Rabu (24/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan likuiditas terjadi karena tingkat suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) memberi daya tarik bagi Surat Berharga Negara (SBN). Walhasil, aliran modal asing kerap menghampiri negara berkembang, termasuk Indonesia.


Aliran modal asing itu kemudian berhasil mendongkrak pertumbuhan likuiditas di perbankan. Hal ini tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh mencapai 7,18 persen pada kuartal I 2019. DPK meroket dibandingkan kuartal I 2018 yang justru minus 0,78 persen.

Pertumbuhan DPK yang positif kemudian mampu menopang penyaluran kredit bank. Pada kuartal I 2019, pertumbuhan kredit mencapai 11,55 persen, naik dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Pertumbuhan kredit sektor pertambangan dan konstruksi meningkat signifikan masing-masing tumbuh 31,5 persen dan 27,1 persen. Kredit kepada industri pengolahan, salah satu sektor dengan porsi kredit terbesar tumbuh sebesar 9,5 persen," jelasnya.

Sementara itu, kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan turut membaik. Data wasit industri jasa keuangan itu mencatat NPL gross berada di kisaran 2,51 persen atau membaik dari kuartal I 2018 sebesar 2,75 persen.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan juga terjaga sebesar 23,97 persen per akhir bulan lalu. Sedangkan rasio kecukupan likuiditas (liquidity coverage ratio) sebesar 201,03 persen dan rasio alat likuid per DPK sebesar 113,18 persen.
[Gambas:Video CNN]
Tak hanya itu, Posisi Devisa Neto (PDN) atau risiko pasar perbankan terbilang rendah sebesar 2,16 persen.

"Ada penguatan kinerja intermediasi dan perbaikan profil risiko lembaga jasa keuangan," katanya.

Tak hanya industri perbankan yang tumbuh positif, menurut dia, kinerja lembaga jasa keuangan nonbank rupanya juga membaik. Piutang pembiayaan lembaga nonbank tumbuh 5,17 persen. Lalu, penghimpunan dana atas premi asuransi jiwa mencapai Rp44,3 triliun dan asuransi umum atau reasuransi sebesar Rp25 triliun pada periode yang sama.

Pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) gross juga relatif stabil di angka 2,71 persen dan NPF net sebesar 0,62 persen. Sementara risiko permodalan asuransi umum sebesar 315 persen dan asuransi jiwa sekitar 457 persen atau masih jauh di atas batas ketentuan.


Adapun di pasar modal, aliran dana asing membuat kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 4,43 persen dengan nilai beli bersih investor nonresiden mencapai Rp12,1 triliun. Hal ini tak lepas dari imbal hasil (yield) di pasar SBN yang turun rata-rata 38 basis poin (bps) dan beli bersih investor nonresiden telah mencapai Rp73,9 triliun.

Tak hanya itu, pasar modal Indonesia juga berhasil menghimpun dana Rp28 triliun dengan menelurkan enam emiten baru. Total dana kelolaan investasi juga tercatat meningkat mencapai Rp762 triliun.

Ke depan, OJK memastikan akan terus memantau pergerakan sentimen dan sektor keuangan dalam maupun luar negeri. "Kami akan perkuat koordinasi dengan para stakeholder untuk memenuhi prasyarat yang dibutuhkan dalam mendukung peningkatan kerja intermediasi," pungkasnya.

(uli/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER