Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto mengatakan penurunan
penjualan mobil pada semester I 2019 disebabkan oleh gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Imbasnya, konsumen cenderung menahan konsumsi, termasuk pembelian mobil.
"Ada apa coba, (ada Pemilu) ya sudah," katanya singkat, Kamis (18/7).
Namun, setelah pesta demokrasi berakhir damai, ia meyakini tingkat penjualan kembali menggeliat. Selain usainya gelaran Pemilu, penyelenggaraan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) ke-27 juga ikut berperan dalam mendongkrak penjualan lantaran produsen mobil memanfaatkan ajang ini untuk meluncurkan mobil baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongki Sugiarto mengamini jika penyelenggaraan Pemilu pada April 2019 silam, membuat penjulan lesu. Gaikindo mencatat penjualan mobil turun 14,72 persen dari 494.931 unit menjadi 422.038 pada Mei 2019.
Selain sentimen pesta demokrasi, ia bilang pelemahan tingkat penjualan mobil dipicu target pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang kuartal I 2019 pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,07 persen.
"Hampir semua merek turun. Faktornya karena Pemilu dan pertumbuhan ekonomi. Sekarang sudah lewat, kami konsentrasi genjot kembali," ucapnya.
Meski lunglai pada semester I, ia meyakini target penjualan Gaikindo sebesar 1,1 juta unit di tahun ini bakal tercapai.
Menurut dia, beberapa faktor yang memberikan dorongan pada penjualan di paruh kedua antara lain, Pemilu 2019 selesai secara damai, peluncuran mobil baru di GIIAS, serta fasilitas uang muka (down payment/DP) nol persen untuk pembiayaan motor dan mobil dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia yakin industri mulai bangkit pada Juli ini.
"Target kami tidak berubah, masih ada 6 bulan ke depan. Mudah-mudahan kami bisa mencapai 1,1 juta unit," tuturnya.
Suku Bunga Turun Beri Angin SegarIa melanjutkan angin segar bagi industri pada medio kedua 2019 ini adalah penurunan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR). Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas BI 7DRR sebesar 25 bps dari 6 persen ke posisi 6,75 persen pada bulan ini.
"Ini membuat industri senang," tuturnya.
Namun demikian, ia memprediksi penurunan tingkat suku bunga acuan tak serta merta diikuti dengan penurunan suku bunga pinjaman dari perusahaan multifinance. Penyesuaian tingkat suku bunga diproyeksi memakan waktu minimal 3 bulan.
"Dia (perusahaan multifinance) lihat juga kiri kanan, kalau leasing yang lain menurunkan dia tidak, ya terima risiko. Menaikkan harga juga begitu," katanya.
(ulf/lav)