Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk memproyeksi nilai tukar
rupiah bergerak di kisaran Rp14.200-Rp14.300 per dolar Amerika Serikat (AS) sampai akhir 2019. Hal ini dipicu perkiraan ekonomi yang stabil hingga pengujung tahun.
Angka itu lebih kuat dari proyeksi Bank Mandiri sebelumnya sebesar Rp14.900 per dolar AS, dan target pemerintah anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020 yang sebesar Rp14.250 per dolar AS.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengungkapkan rata-rata kurs rupiah pada kuartal I dan II 2019 terbilang cukup kokoh, yakni sekitar Rp14.200 per dolar AS. Ia menilai stabilitas ekonomi dalam negeri dan eksternal tetap stabil hingga pengujung tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami masih optimistis kurs rupiah berada pada rentang Rp14.200-Rp14.300 per dolar AS," ungkap Panji, Senin (9/9).
Terlebih, neraca perdagangan mulai menunjukkan perbaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan sejak Januari hingga Juli 2019 turun menjadi US$1,9 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,2 miliar.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan asumsi kurs lebih positif lantaran defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) diramalkan membaik. Hal itu disokong oleh modal asing bakal terus mengalir ke Indonesia.
"Harusnya modal asing ada dengan asumsi bahwa Amerika Serikat (AS) ini ekonominya hanya melambat, tidak resesi," ucapnya.
Bila neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan membaik, kata dia, otomatis akan berpengaruh positif pada nilai tukar rupiah.
Selain itu, Bank Mandiri juga memprediksi inflasi pada tahun ini sebesar 3,41 persen. Hal itu sudah mempertimbangkan inflasi Agustus yang berada di level 3,49 persen.
"Tingkat harga-harga umum atau inflasi masih terkendali. Laju inflasi bulanan pada Agustus 2019 3,49 persen, angka ini masih dalam rentang target Bank Indonesia (BI) yang sebesar kurang lebih 3,5 persen," paparnya.
Secara keseluruhan, Panji menilai ekonomi Indonesia masih positif di tengah gejolak ekonomi global. Hal itu dengan melihat kondisi rupiah dan inflasi dalam negeri.
"kami optimis stabilitas ekonomi nasional masih terjaga dan masih bisa tumbuh lebih baik dari negara-negara berkembang lainnya pada 2019," jelas dia.
Namun, ia tak menampik kalau tekanan ekonomi global bisa saja meningkat jika ekonomi AS, China, dan negara Uni Eropa (UE) semakin melambat. Ditambah, ada risiko dari perang dagang AS dengan China.
[Gambas:Video CNN] (aud/lav)