Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia masih harus sabar menanti PT
Merpati Nusantara Airlines atau Merpati kembali mengudara. Pasalnya, Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha belum dapat memastikan kapan maskapainya bisa kembali mengudara.
Ia mengatakan jika merujuk kepada proposal perdamaian permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Merpati bisa terbang lagi jika mendapatkan investor baru.
"Tapi kalau sekarang menjadi seperti apa belum bisa menjawabnya, ada suntikan dana juga. Apakah kemudian akan
full chip-in dana, kami belum proses sampai situ," katanya, (16/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada November 2018, nama PT Intra Asia Corpora sempat mengemuka sebagai calon investor penyelamat Merpati. Perusahaan ini digawangi oleh Kim Johanes Mulia yang juga pernah membeli Kartika Airlines dari PT Truba pada 2005.
Namun, pemerintah selaku pemegang saham utama belum memberikan lampu hijau atas suntikan modal tersebut. Akhirnya, kabar rencana Intra Asia Corpora tak terdengar lagi.
Ketika dikonfirmasi hal tersebut, Asep enggan menjawab. Ia juga menutup rapat-rapat terkait potensi kedatangan investor lain di luar Intra Asia Corpora.
"Saya belum komentar dulu ya," imbuhnya.
Utang Rp6 Triliun
Di sisi lain, Merpati masih memiliki utang sebesar Rp6 triliun. Sekitar 80 persen utang tersebut berasal dari perusahaan pelat merah.
Besaran utang itu telah berkurang usai putusan PKPU menghapus bunga utang sebesar Rp4 triliun pada November 2018. Diketahui, Merpati sebelumnya memiliki utang sebesar Rp10,7 triliun.
[Gambas:Video CNN]"Ada langkah restrukturisasi utang lanjutan nanti," katanya.
Sebagai upaya memperbaiki kondisi keuangan, Merpati telah menjalin kerja sama operasional (KSO) dengan 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN). KSO keroyokan ini mencakup bidang pelayanan kargo udara,
maintenance repair & overhaul (MRO), dan
training center (pusat pelatihan). Akan tetapi, Asep bilang upaya tersebut belum mampu melunasi utang perseroan.
"Penyelesaian PKPU itu hanya akan berada dan berjalan saat Merpati terbang," ujarnya.
Meski masih memiliki utang, ia memastikan Merpati telah memenuhi seluruh kewajiban kepada 1.400 karyawan.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, total aset yang dimiliki Merpati pada akhir 2017 hanya tersisa Rp1,21 triliun. Karena perusahaan tidak beroperasi, maka tak ada raihan pendapatan maupun laba bersih. Alhasil, ekuitas perusahaan pun tercatat minus Rp9,51 triliun dan perusahaan merugi Rp737 miliar.
(ulf/agt)