Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
Basuki Hadimuljono mengatakan belum berkemas dari rumah dinasnya walaupun masa bakti
Kabinet Kerja tinggal menghitung hari. Ia mengatakan menunggu kepastian mengenai siapa saja yang akan dipilih menjadi menteri oleh Jokowi.
"Belum (beberes), kalau sudah diputuskan ternyata harus berkemas, ya saya baru berkemas, masa sudah langsung pergi?" jawabnya ketika ditanya awak media di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (18/10).
Kendati begitu, ia mengaku belum diajak berkomunikasi oleh Kepala Negara terkait jabatan menteri pada pemerintahan Kabinet Kerja Jilid II nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum ada (komunikasi)," katanya.
Ia hanya menyatakan siap bila Jokowi kembali mempercayakan kursi menteri PUPR atau jabatan lain kepadanya. Ia merasa bekerja sebagai pembantu Jokowi cukup menyenangkan.
"Kalau itu perintah, ya saya laksanakan. Alhamdulillah saya berkesempatan menjadi anggota tim Jokowi-Jusuf Kalla, itu pengalaman yang tidak semua orang bisa dapatkan. Ia pemimpin yang
unusual, unpredictable, dan inovatif, tidak ingin terikat protokoler, rutinitas, dan melakukan inovasi dari regulasi dan tata kelola," katanya.
Namun, bila tidak mendapat kesempatan menjadi menteri lagi, ia mengaku akan menggeluti pekerjaan sebagai dosen. Sebab, ia ingin berterima kasih kepada negara atas beasiswa yang pernah diterimanya.
Basuki memang pernah mendapat kesempatan menempuh pendidikan pascasarjana dan doktor di Colorado State University di Amerika Serikat. Kesempatan itu didapatnya saat mengabdi di Kementerian PUPR.
[Gambas:Video CNN]"Saya mau mengajar, saya disekolahkan negara sampai S3 di sumber daya air di Amerika, jadi harus bayar ke negara. Saya ingin jadi dosen saja di universitas dalam negeri," ungkapnya.
Ia pun turut berpesan bila ada sosok yang akan menggantikan ia nanti. Menurutnya, yang terpenting adalah menteri PUPR ke depan harus bisa mengimbangi kecepatan kerja Jokowi.
"Jadi kalau beliau satu kali (ke lapangan), saya harus dua kali. Hati-hati dengan beliau (Jokowi), beliau kelihatannya iya-iya saja, tapi selalu mengecek," pungkasnya.
(uli/agt)