Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan
Agus Suparmanto menyebut
impor akan lebih selektif pada periode pemerintah kedua Presiden Joko Widodo (
Jokowi). Hal itu dilakukan untuk menekan defisit neraca perdagangan.
"Di sini kami akan menyederhanakan peraturan-peraturan dalam negeri supaya ekspor kita (Indonesia) bisa lebih baik. Kemudian, menyederhanakan impor yang otomatis kami lebih selektif," ujar Agus di Istana Negara, Rabu (23/10).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan defisit US$160 juta pada September 2019. Posisi ini berbanding terbalik dari kondisi Agustus 2019 yang surplus US$80 juta. Secara kumulatif, defisit neraca perdagangan Januari-September 2019 masih sebesar US$1,95 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kinerja impor Januari-September 2019 tercatat US$126,12 miliar. Realisasi itu turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$138,78 miliar
Selain lebih selektif dalam memberikan izin impor barang, ia juga akan berupaya untuk mengerek ekspor. Misalnya, melalui penyederhanaan peraturan dan dorongan perbaikan kualitas produk.
"Jadi, di tingkat dasar kami akan mendata juga semuanya. Mana yang harus kami tingkatkan sehingga pasar kita lebih mempunyai nilai tambah. Produk ekspor mana yang kami harus support (dukung) mengenai nilai yang memang mendorong ekspor," ujarnya.
Selain itu, kerja sama di bidang perdagangan yang tertunda dengan negara lain juga akan diselesaikan. Perjanjian dagang tersebut harus menguntungkan bagi Indonesia.
Peneliti dari
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menilai Agus harus memperluas pasar ekspor Indonesia.
[Gambas:Video CNN]
Salah satu upayanya dengan mengevaluasi perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri. Ia menekankan agar target pencarian pasar ekspor non tradisional tidak hanya sebatas ucapan target belaka tanpa aksi yang jelas dan studi terukur.
"Perlu ada reformasi besar-besaran terkait komposisi dan latar belakang negosiator perdagangan Indonesia agar tidak selalu kalah atau inferior dalam negosiasi perdagangan yang strategis," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com.
(uli/sfr)