Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Keuangan akan memanfaatkan kenaikan peringkat surat
utang Indonesia dari Japan Credit Rating (JCR) untuk menggaet sumber utang dari Negeri Sakura tersebut. Begitu pula, investor yang akan masuk ke pasar obligasi
Jepang.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti menanggapi keputusan JCR. JCR menempatkan surat utang Indonesia di peringkat BBB+ dengan
outlook stable pada Januari 2020 dari sebelumnya BBB dengan
outlook positive pada April 2019.
"Pemerintah Indonesia memanfaatkan penilaian peringkat kredit JCR untuk mendorong peningkatan investasi langsung dari luar negeri dan masuk ke pasar obligasi Jepang," ujar Nurfransa dalam keterangan tertulis, Jumat (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan Indonesia selama ini memang bermitra dengan para investor Jepang dalam penawaran surat utang. Mitra tersebut tercermin dari cukup banyaknya sumber utang dari Negeri Sakura itu.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang Indonesia dari Jepang mencapai US$317,66 miliar pada Januari-November 2019. Nilai tersebut menempatkan Jepang sebagai sumber utang luar negeri kedua bagi Indonesia, setelah Singapura di posisi pertama dan Amerika Serikat di posisi ketiga.
"Di 2019, pemerintah berhasil menerbitkan Samurai Bond dengan tenor-tenor yang relatif panjang dengan tingkat imbal hasil yang semakin kompetitif dan menjadi transaksi Samurai Bond melalui
public offering yang terbesar oleh sebuah negara di Asia," ungkapnya.
Nurfransa mengatakan hal ini merupakan tanda bahwa kepercayaan investor Jepang yang terkenal sangat teliti dan hati-hati semakin meningkat dalam menginvestasikan dananya pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
Sementara dari sisi perbaikan peringkat surat utang Indonesia dari JCR, ia melihat hal ini perlu diapresiasi. Peningkatan peringkat merujuk pada kondisi perekonomian Indonesia yang cukup baik di tengah derasnya tantangan dari perekonomian global.
[Gambas:Video CNN]Dari sisi kondisi ekonomi Tanah Air, JCR menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup kuat berkat konsumsi domestik dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta utang pemerintah yang terkendali. Kemudian, nilai tukar rupiah juga relatif stabil berkat kebijakan moneter bank sentral nasional dan ketersediaan cadangan devisa.
Selain itu, JCR juga mengapresiasi reformasi berkelanjutan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), termasuk reformasi belanja pemerintah dan pembatasan subsidi bahan bakar, serta pengembangan infrastruktur. Tak ketinggalan, JCR juga menaruh perhatian pada kebijakan omnibus law RUU Cipta Lapangan Kerja.
Omnibus law untuk memfasilitasi investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) sebagai penyeimbang defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Di sisi lain, JCR juga menyakini Indonesia bisa mempertahankan rasio urang sebesar 30 persen dari PDB dan defisit anggaran 1,76 persen dari PDB di APBN 2020
Sebagai informasi, peringkat surat utang Indonesia dari sejumlah lembaga rating internasional, yaitu Fitch di level BBB (stable), Moody's Baa2 (stable), S&P BBB (stable), dan Rating & Investment BBB (stable).
(uli/agt)