Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (
Jokowi) menunjuk perwakilan generasi millenial untuk menjadi pembantunya di
Kabinet Indonesia Maju. Salah satu milenial beruntung yang mendapatkan amanah tersebut,
Jerry Sambuaga.
Ia mendapatkan kepercayaan dari Kepala Negara untuk menjadi wakil menteri perdagangan. Secara khusus, Jokowi menugaskan pria kelahiran Jakarta, 34 tahun silam itu untuk membantunya mengurusi perdagangan dan perjanjian dagang internasional.
Tugas tersebut, sesuai dengan pengalaman Jerry yang kebetulan memang memiliki latar belakang politik internasional. Kepada CNNIndonesia.com, ia mengatakan kepercayaan yang ia dapat dari Jokowi tersebut berangkat dari kecintaannya pada politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecintaan tersebut telah muncul sejak kecil. Kecintaan tersebut muncul berkat latar belakang keluarga Jerry.
Sebagai informasi, Jerry memiliki ayah berdarah Sulawesi Utara dan ibu Jawa. Perbedaan latar belakang budaya tersebut membuat Jerry kecil tumbuh di tengah keberagaman.
Meski lahir dan besar di Jakarta, saat kecil ia banyak berkunjung ke daerah asal sang ayah, Manado. Dari kunjungan itulah, ia melihat ada ketimpangan besar antara ibu kota dan daerah.
Pengamatan soal ketimpangan itulah yang kemudian memotivasi Jerry untuk terjun ke dunia politik. Ia berharap bisa berperan dalam menyelesaikan ketimpangan yang terjadi dengan terjun ke dunia politik.
"Pemahaman dan ketertarikan tentang politik sudah menjadi bagian dari hidup saya," katanya kepada CNNIndonesia.
Selain latar belakang keluarga, ketertarikan terjadi juga karena dari peran sang ayah, Theo L. Sambuaga. Sebagai pengingat, Theo merupakan politikus Partai Golkar.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, ia pernah menjadi menteri tenaga kerja. Di era Presiden BJ Habibie, Theo juga pernah menjadi menteri negara perumahan rakyat dan permukiman.
Ibarat buah tak jatuh jauh dari pohonnya, Jerry sukses mengikuti jejak sang ayah; menjadi politikus dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke kursi eksekutif
Untuk memantapkan langkahnya di dunia politik, ia menimba ilmu. Ia mengambil pendidikan jenjang S1 dan meraih gelar Bachelor of Arts in Politics dari University of San Francisco.
[Gambas:Video CNN]Jerry lantas melanjutkan ilmu politiknya hingga meraih gelar Master of International Affairs in International Security Policy dari Columbia University. Tak berhenti di situ, ia berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Politik dari Universitas Indonesia.
Atas dasar itulah, ia menepis kesuksesannya tersebut bisa diraih karena mendompleng orang tuanya. Menurutnya, semua posisi yang diraihnya dicapai melalui sebuah proses yang profesional.
Peran orang tua hanyalah sebatas pada pendidikan dan nilai budi pekerti dan tempaan hidup yang telah diterapkan kepadanya.
"Saya pikir manusiawi dan lumrah ketika ada ketertarikan terhadap sebuah profesi dimana orang tuanya sudah menggeluti lebih dulu. Saya bangga memiliki orang tua yang aktif di politik dan saya berhasil menduduki posisi tertentu sampai sekarang. Menunjukkan orang tua saya berhasil menempa saya," ucapnya.
Lalu seperti apa kisah hidup Jerry hingga bisa meraih posisinya yang sekarang. Berikut petikan wawancara khusus CNNIndonesia.com dengannya.
Anda menjadi wakil menteri muda dalam Kabinet Indonesia Maju. Bagaimana perasaan Anda bisa mendapatkan amanah sebagai wakil menteri milenial dari Presiden Jokowi?Tentu merupakan kebanggaan dan kehormatan. Ini bukti Presiden Jokowi memberikan kesempatan kepada generasi muda atau milenial untuk mengambil peran besar dalam penyelenggaraan bangsa dan negara melalui pemerintahan.
Tapi, ini juga sebuah tanggung jawab yang harus diemban dengan sebaik-baiknya,
Sebagai pejabat yang masih muda, apakah Anda memiliki strategi khusus dalam memimpin, mengingat ada pegawai senior dalam birokrasi yang Anda pimpin?Dalam birokrasi sistemnya sudah terpola dan terbentuk. Jabatan menteri dan wakil menteri adalah jabatan politik. Artinya pejabatnya bisa datang dan pergi, tetapi birokratnya stay karena pejabat karir.
Dan justru di situlah seninya. Sebuah birokrasi yang dipimpin seseorang yang merupakan bagian dari jabatan politik, kemudian memimpin birokrasi yang dilakukan pejabat karir dari birokrat yang sudah lama. Mulai dari mereka mengabdi dua tahun bahkan lebih dari 20 tahun kalau di jajaran eselon I.
Karena dalam eksekusi kebijakan dan menyelenggarakan program tidak hanya melihat hal teknis, data atau angka saja. Tetapi kami juga melihat unsur non teknis, unsur sosial, politik, dan aspirasi dari masyarakat.
Kalau melihat ini semua dari perspektif manajemen, birokrasi sudah terbiasa. Siapapun pemimpinnya, harus melakukan tupoksi dengan sebaik-baiknya. Jadi penyesuaian itu sudah tidak menjadi hal yang asing lagi bagi birokrasi.
Itu membutuhkan tidak hanya teamwork, tetapi juga pemahaman, koordinasi, dan sinergi. So far so good tidak ada masalah.
Apalagi Presiden Jokowi menyampaikan yang ada hanyalah visi misi presiden bukan visi misi menteri atau wakil menteri. Visi misi beliau menjadi tolak ukur dan pegangan kami dalam melaksanakan program teknis, sehingga memudahkan kami semua untuk bisa sinergi dan koordinasi dalam menciptakan program.
Pernah memiliki pengalaman pribadi mendapatkan perlakuan under estimate karena usia Anda yang masih muda?Puji tuhan, sampai sekarang belum ada. Justru yang saya temui adalah suasana keakraban dan persaudaraan yang semakin membuat kami semua bekerja lebih semangat.
Karena memang siapa pun menteri dan wakil menterinya adalah pimpinan yang harus kerja sama. Terlepas dari apapun latar belakang usia dan profesi. Ketika mendapatkan amanah dari presiden maka bekerja dengan sebaik baiknya. Saya pikir sudah menjadi hal yang lumrah dan tidak menjadi masalah.
Saya pribadi di Kementerian Perdagangan sangat bersyukur di-support oleh teman-teman, baik di eselon I, II, III, dan seterusnya.
[Gambas:Video CNN]
Bagaimana pengalaman Anda selama tiga bulan menjadi wakil menteri perdagangan. Apakah ada bedanya jika dibandingkan menjadi anggota DPR?Menjadi wakil menteri perdagangan merupakan kesempatan dan pengabdian, memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara. Banyak sekali tantangan ke depan yang harus kami kerjakan dan hadapi. Saya pikir itu bagian dari pengabdian dan tugas yang harus kami kerjakan.
Kementerian Perdagangan ini banyak sekali skop-nya. Mulai dari yang sifatnya nasional sampai dengan internasional. Kebetulan saya secara spesifik ditugaskan oleh Presiden Jokowi dan Menteri Perdagangan untuk menangani hal yang sifatnya internasional, meliputi perjanjian dagang internasional, seperti, FTA, CEPA, RCEP, dan sebagainya. Perjanjian dagang di seluruh kawasan dalam lingkup global mulai Asia, Eropa Asia, Amerika, dan Eropa.
Kami juga melakukan terobosan dan inovasi untuk melihat pasar non tradisional yang selama ini belum menjadi fokus dan perhatian. Itu dilakukan dengan cara merambah ke wilayah lain. Kami menjajaki potensi perjanjian dagang internasional yang belum sempat dilakukan pada periode sebelumnya.
Jadi kami fokus dalam menyelesaikan perjanjian dagang dan membuka potensi perjanjian dagang yang lain. Kami sedang menyelesaikan beberapa hal termasuk Uni Eropa dan Indonesia, IEU CEPA. Saat ini masuk ke perundingan ke sembilan, bulan depan kami akan melakukan perundingan selanjutnya secara lebih teknis.
Pengalaman menjadi akademisi, anggota DPR, dan sekarang di pemerintahan, bagaimana cara Anda beradaptasi dengan perbedaan tugas? Semua memiliki tantangan, karakter, isu, dan dinamika tersendiri. Sebagai akademisi saya terbiasa dalam diskusi ilmiah dan akademis. Secara institusi lebih mengutamakan hal hal akademis. Jadi lebih fleksibel dan leluasa dalam melakukan aktivitas.
Lalu, legislatif di situ kami mengawasi pemerintah. Saya duduk di Komisi I DPR bermitra dengan 4 K/L yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Badan Intelejen Negara dan K/L lain yang bermitra dengan Komisi I.
Kami dituntut untuk lebih objektif dan rasional, tidak lagi hanya bersifat ilmiah tapi lebih kepada hal yang bersifat politik. Persoalannya tidak hanya soal teknis dan ilmiah tapi juga politik karena menyangkut kepentingan masyarakat dan semua
stakeholder.
Sekarang saya di Kementerian Perdagangan beda lagi dengan legislatif. Kalau di pemerintahan saya harus menjalankan tugas, tanggung jawab, dan amanah presiden yang diberikan kepada kami. Kami harus bisa melakukan dan menerjemahkan apa yang beliau perintahkan dalam program.
Menjadi politisi, akademisi, dan birokrasi paling menantang di mana?Saya pikir masing-masing memiliki karakteristik masing-masing, dengan karakteristik yang beda memberikan kekayaan pikiran dalam mengambil keputusan dan mengelola setiap isu yang saya hadapi.
Dengan segala dinamika dan keunikan karakternya, saya bisa sampaikan semuanya menantang. Semuanya memotivasi diri menjadi lebih baik lagi, menjadi
best version of ourself. Semua itu menantang dan memiliki tugas, tanggung jawab, dan tingkat kesulitan yang berbeda. Tetapi ketika dilaksanakan dengan maksimal, serius, kerja keras, dan bersyukur itu akan menemukan jalannya sendiri
Kesibukan bertambah, waktu dengan keluarga berkurang. Lalu, bagaimana Anda membagi waktu berkumpul dengan keluarga?
Itu merupakan konsekuensi logis dari memegang amanah dan jabatan membuat aktivitas semakin padat, sehingga frekuensi
spend time dengan keluarga terdampak. Tetapi sebelum saya menjadi wakil menteri perdagangan, saya juga sudah bersinggungan dengan dunia politik.
Puji Tuhan keluarga mendukung dan men-
support saya dalam melakukan tugas. Istri dan anak saya memberikan perhatian, pemahaman, dan pengertian kepada setiap aktivitas saya. Sehingga itu sudah terbentuk dan terpola, jadi tidak ada masalah justru dengan posisi ini semakin men-
support dan menguatkan.
Sejak kecil, apa nilai yang ditanamkan orang tua yang menjadi pegangan dalam meniti karir?Semua keluarga pasti menanamkan hal yang baik. Salah satu yang paling saya ingat adalah kita harus bersyukur, bekerja, dan berdoa untuk setiap pencapaian kita atau apapun yang ingin kita capai.
Kita harus memiliki semangat tinggi, bekerja keras, memiliki etika yang bagus, disiplin, dan memiliki semangat mencapai lebih baik di bidang apapun dan dalam tingkat apapun. Itu salah satu yang sampai sekarang masih saya pegang.
Harus bersyukur setiap hari dan kalau itu kita lakukan pasti akan dalam suasana nyaman. Tentu kita harus berdoa, karena kita harus memiliki tingkat keimanan dan keyakinan kepada Tuhan. Itu secara garis besar selalu saya pegang dan ingat dari nilai-nilai keluarga yang selalu ditanamkan kepada saya sehingga saya bisa mencapai titik ini.
Orang tua Anda adalah seorang politisi dan memiliki karir yang sama, apa pernah mendengar anggapan Bapak mengikuti jejak beliau?
Saya pikir itu adalah hal yang wajar, saya justru bangga kalau dikatakan mengikuti orang tua.Tentu lahir besar dan berkembang dalam keluarga politik pasti sedikit banyak mempengaruhi minat dan ketertarikan seorang anak dalam dunia politik. Itu berlaku dalam profesi apa pun.
Fenomena di dunia politik stigma kalau orang tuanya politik anaknya politik, 'ah ini karena bapaknya'. Kalau bapaknya politisi sukses lalu anaknya tidak sukses, 'bapaknya bisa kok anaknya tidak bisa', jadi serba salah. Tetapi saya menikmati saja, itu pandangan dan opini orang tetapi saya justru bersyukur.
Saya justru ingin mengatakan bahwa guru yang baik, selain pengalaman adalah orang tua. Ketika orang tua menjadi anggota DPR, saya juga menjadi anggota DPR. Berarti orang tua saya sudah bisa mengajarkan apa yang ingin diajarkan kepada saya terkait dengan bidangnya dan saya berhasil.
Bapak saya menjadi menteri, dan sekarang saya wakil menteri, belum menteri tapi minimal sudah dalam dunia yang kurang lebih sama. Berarti nilai-nilai mengenai itu sudah diajarkan kepada saya dan saya menunjukkan saya bisa belajar seperti itu.
Sebagai politisi, apakah Anda memiliki figur atau tokoh panutan dalam berkarir?Kalau tokoh banyak. Sebagai mahasiswa ilmu politik sejak S1,S2 dan S3 kurang lebih selama 15 tahun belajar tentu banyak sekali figur dan panutan. Mungkin bukan kepada figur, tetapi kepada nilai. Buat saya semua tokoh politik berpengaruh pada bidangnya dan masanya.
Nilai yang saya idolakan adalah soal kemanusiaan, kebebasan, dan
equality. Ini sebagian dari demokrasi karena saya belajar banyak mengenai konsep dan ideologi politik. Saya mengagumi nilai-nilai demokrasi yang berdasarkan kebebasan, kebersamaan, dan kemanusiaan.
Sampai di titik ini, apakah masih ada cita-cita yang ingin Bapak wujudkan?Saya dalam menjalani membuat prioritas jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek, saya sebagai wakil menteri perdagangan memiliki tugas dan cita-cita yang harus saya wujudkan sesuai amanah presiden adalah dalam tupoksi saya.
Saya ingin semuanya berhasil dan semaksimal mungkin, kalau bisa melebihi target dalam artian yang positif. Minimal memenuhi target dan maksimal melebih target. Dalam jangka panjang saya memiliki cita-cita. Bagi saya alasan dari awal menjadi politisi di legislatif dan sekarang di eksekutif adalah ingin memberikan dampak signifikan kepada masyarakat. Itu sangat luas bisa dalam bentuk kebijakan, hukum, undang-undang, semuanya.
Tetapi saya akan sangat senang dan bersyukur ketika apa yang saya lakukan dampaknya itu dirasakan langsung oleh masyarakat. Saya ingin warga Indonesia senang, sejahtera, dan kalau bisa dalam situasi yang tidak kekurangan, mendapatkan keadilan, serta hidup dengan bahagia. Itu cita-cita besar saya dan bisa dilakukan dalam profesi apapun tidak harus menjadi politisi, eksekutif, dan tidak harus menjadi dosen.