Jakarta, CNN Indonesia -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (
YLKI) mengusulkan penurunan
tarif listrik minimal Rp100 per kWh selama 3 hingga 6 bulan ke depan. Hal itu dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat rentan miskin yang berpendapatan harian selama wabah
virus corona.
"YLKI mengusulkan agar struktur tarif listrik diturunkan, khususnya untuk golongan 900 VA. Bahkan, kalau perlu golongan 1.300 VA," ujar Ketua Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (26/3).
Saat ini, sambung Tulus, tarif listrik non-subsidi berkisar Rp1.352 per kWh. Apabila usulan itu diterima maka tarif listrik selama wabah virus corona turun menjadi Rp1.252 per kWh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila perlu, penurunan tarif listrik berlaku hingga pandemi itu berakhir. Hal itu dilakukan agar beban ekonomi masyarakat rentan miskin bisa berkurang.
"Apalagi harga minyak mentah di pasaran dunia saat ini sedang turun, sehingga momen untuk menurunkan tarif listrik tidak terlalu mengganggu Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik," ujar Tulus.
Sebagai gambaran, harga minyak mentah dunia anjlok ke bawah US$30 per barel selama beberapa waktu terakhir. Pelemahan dipicu oleh ketegangan hubungan Arab Saudi dan Rusia.
Pada Rabu (25/3), waktu Amerika Serikat (AS), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei berada di kisaran US$27,39 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei sebesar US$24,49 per barel.
Sedangkan harga minyak Indonesia (
Indonesian Crude Price/ICP) per Februari 2020 berada di kisaran US$56,61 per barel. ICP setidaknya sudah turun US$8,77 per barel akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
CNNIndonesia.com mencoba menghubungi Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana dan manajemen PLN untuk meminta tanggapan. Namun, mereka belum merespons.
[Gambas:Video CNN] (sfr/bir)