Adira Finance Tebar Dividen Rp1,05 T di Tengah Wabah Corona

CNN Indonesia
Selasa, 31 Mar 2020 19:37 WIB
Adira Finance membagikan dividen sebesar Rp1,05 triliun dari raupan profit 2019 sebesar Rp2,1 triliun.
Adira Finance membagikan dividen senilai Rp1,05 triliun kepada pemegang saham. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance membagikan dividen sebesar Rp1,05 triliun di tengah merebaknya wabah virus corona. Dividen yang berasal dari 50 persen laba bersih tahun buku 2019 perusahaan tersebut akan dibayarkan secara tunai pada 30 April 2020.

Meski mampu membagikan dividen Rp1.045,5 per lembar saham kepada para investor namun Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli menyebut 2019 sebagai tahun yang kurang baik untuk perusahaan pembiayaan (multifinance). Pasalnya, penjualan perusahaan mengalami penurunan 1 persen dari dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp37,9 triliun.

"2019 tak terlalu baik untuk multifinance, Adira mengalami penurunan penjualan sebesar 1 persen dari tahun sebelumnya yaitu Rp37,9 triliun," katanya, Selasa (31/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hafid mengatakan penurunan penjualan didorong oleh merosotnya penjualan industri roda empat sebesar 11 persen. Sementara untuk industri roda dua penjualan diakui stagnan dibandingkan dengan 2018.

Namun, profit Adira Finance naik lumayan signifikan yaitu sebesar Rp2,1 triliun pada 2019 dari tahun sebelumnya di kisaran Rp1,8 triliun. Menurutnya, kenaikan profit disokong oleh kenaikan pendapatan yang berasal dari pertumbuhan piutang sebesar 7 persen.

"Di tengah kondisi tahun yang kurang bagus, piutang Adira tumbuh 7 persen dan itu yang membantu pendapatan sehingga masih tumbuh di 2019," paparnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Independen Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan perbaikan juga terjadi pada kualitas kredit macet (NPL) yang turun menjadi 1,6 persen dari 1,7 persen di tahun sebelumnya.

Selain itu, total pinjaman perusahaan bertumbuh sebesar 4 persen menjadi Rp22,9 triliun per Desember 2019 didukung oleh kenaikan piutang yang didanai perusahaan.

[Gambas:Video CNN]

Di sisi lain, perusahaan juga mengumumkan kenaikan pinjaman sindikasi dari Jepang, Taiwan, dan Singapura sebesar US$300 juta yang dapat digunakan perusahaan hingga Juli 2020 dengan fasilitas tenor selama 3 tahun.

Selain pinjaman tersebut, perusahaan juga memiliki obligasi jatuh tempo pada Juni dan Agustus mendatang. Total keseluruhan obligasi jatuh tempo tahun ini sebesar Rp4,3 triliun. Sebagian besar obligasi tersebut, kata Hafid, dibayarkan dari cicilan nasabah.

"Setiap bulan kami mendapatkan Rp3 triliun per bulannya dari cicilan nasabah, itu merupakan sumber pendanaan pinjaman jatuh tempo," jawabnya.

(wel/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER